Selasa 18 Nov 2025 17:04 WIB

Pertamina Perluas Co-Processing Biofuel ke Balongan dan Dumai

Program biofuel ini menjadi bagian dari diversifikasi produk bernilai tinggi.

Rep: Frederikus Dominggus Bata/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pekerja Pertamina memeriksa fasilitas produksi di unit Kilang Langit Biru Cilacap (KLBC) yang dikelola PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (25/10/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja Pertamina memeriksa fasilitas produksi di unit Kilang Langit Biru Cilacap (KLBC) yang dikelola PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (25/10/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Taufik Adityawarman menyinggung upaya percepatan perluasan program co-processing biofuel di jaringan kilang Pertamina. Ia menilai pengembangan energi rendah karbon membutuhkan langkah terukur, termasuk replikasi teknologi co-processing dari Cilacap ke Balongan dan Dumai.

KPI menargetkan kilang-kilang utama mampu menghasilkan green diesel, HVO, dan SAF secara lebih merata. Program biofuel ini menjadi bagian dari diversifikasi produk bernilai tinggi yang mendorong peningkatan yield valuable sekaligus memperkuat portofolio energi bersih perseroan. Pada tahun berjalan, operasi kilang menunjukkan tren positif dengan pemrosesan crude oil rata-rata 330 juta barel per tahun dan valuable yield mencapai 84 persen per Oktober 2025.

Baca Juga

"Salah satunya adalah melalui pengembangan biofuel seperti green diesel, HVO dan SAF yang sudah kami memulai di Kilang Cilacap dan kemudian akan kami lakukan replikasi co-processing di Balongan dan Dumai," kata Taufik dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, dikutip Selasa (18/11/2025).

KPI melihat replikasi co-processing di dua kilang tersebut sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kontribusi biofuel dalam bauran energi nasional. Langkah ini sejalan dengan agenda diversifikasi produk di sektor kilang yang ditunjukkan dalam dokumen resmi Pertamina, termasuk pengembangan produk SAF dan green diesel sebagai bagian dari transformasi energi rendah karbon.

Replikasi ini, lanjut Taufik, diharapkan memberi dampak pada meningkatnya nilai tambah produksi, memperbaiki struktur biaya, serta memperkuat kesiapan kilang menghadapi standar emisi global. KPI juga menjalankan optimalisasi pengadaan feedstock melalui peningkatan serapan crude domestik, negosiasi alpha, dan efisiensi kargo melalui co-loading, sehingga struktur biaya kilang semakin kompetitif.

Dia menegaskan, KPI menempatkan biofuel sebagai pilar penting dalam pengembangan kilang jangka panjang. Penguatan program energi rendah karbon ini merupakan bagian dari komitmen Pertamina untuk menjaga ketahanan pasokan energi dan membangun portofolio baru yang mendukung target transisi energi nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement