REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memiliki pekerjaan rumah untuk meningkatkan rasio realisasi investasi Cina di tengah tingginya rencana investasi yang masuk dari negara tersebut.
BKPM mencatat kecenderungan rendahnya rasio realisasi investasi China di Indonesia periode 2005-2014 hanya 7 persen dari rencana investasi yang masuk.
Kepala BKPM Franky Sibarani menjelaskan periode Oktober 2014 hingga 19 Maret 2015 BKPM mencatat permohonan perizinan investasi dari China senilai 13,66 miliar dolar AS. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai 2,6 miliar dolar AS. Franky menilai, kecenderungan saat ini dari 10 investor China, hanya satu yang benar-benar merealisasikan investasinya.
"Menjadi pekerjaan rumah BKPM ke depan untuk meningkatkan rasio realisasi investasi China setidaknya menyamai Singapura sebesar 40 persen atau Jepang yang mencapai 62 persen," kata Franky di Jakarta, Sabtu (21/3).
Oleh sebab itu, BKPM akan memberikan pendampingan intensif kepada investor asal China dalam proses realisasi investasi. Franky menambahkan kunjungan Presiden Jokowi ke China pekan depan diharapkan meningkatkan minat investasi dari China.
Dia merujuk pengalaman pasca Presiden berkunjung ke China dan berbicara di Forum APEC, November 2014 yang lalu, tercatat ada lonjakan rencana investasi China yang masuk, yaitu 6,7 miliar dolar AS sepanjang Januari-Februari 2015.
“Tren serupa sangat mungkin terjadi pasca kunjungan Jokowi kali ini. Posisi BKPM adalah bagaimana minat investasi yang tinggi ini dapat terealisasi untuk memberikan dampak riil terhadap perekonomian. Ibaratnya, Presiden telah membuka pintu minat investasi, tugas BKPM lah untuk mengeksekusinya,” terang Franky.
Franky direncanakan mendampingi Presiden Jokowi dalam kunjungan kerja ke Jepang dan China, 23-28 Maret mendatang. Di negeri Tirai Bambu Presiden direncanakan akan menghadiri Pertemuan Tahunan Boao Forum di Provinsi Hainan.