Sabtu 28 Feb 2015 16:26 WIB

KPPU: Kenaikan Harga Beras Akibat Persekongkolan Pedagang Besar

Rep: C78/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga membeli beras di agen beras Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Senin (23/2).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Warga membeli beras di agen beras Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Senin (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) RI Muhammad Syarkawi Rauf menyebut, dalang kenaikan harga beras di pasaran kemungkinan besar disebabkan permainan spekulan. Mereka terdiri dari para pengusaha besar penggilingan beras dan para pedagang besar yang memang memiliki banyak pasokan beras.

Mereka lantas menjadi pemasok beras utama untuk pedagang eceran sekaligus mengendalikan harga sesuai spekulasi mereka. "Pengaturan harga oleh spekulan terbuka lebar, karena kebijakan dan data-data pemerintah yang lemah di beras," kata dia pada Sabtu (28/2).

Dikatakannya, kemungkinan spekulasi harga terjadi di titik tengah distribusi beras. Dengan jumlah mereka yang sedikit namun memegang porsi distribusi yang besar, interaksi antar mereka menjadi mudah dan berpotensi terorganisir.

Persekongkolan pun berpotensi terjadi karena lemahnya regulasi. Bentuk persekongkolan misalnya mereka sepakat menetapkan berapa nilai produksi yang dikeluarkan, menetapkan harga di pasar dan melakukan pembagian wilayah distribusi. "Jika hal tersebut terjadi, ini harus segera dilakukan penindakan tegas dari pemerintah," tuturnya.  

Tak sekadar menduga, Ia mengaku KPPU telah melakukan analisis permainan pedagang beras di pasar sejak 2007. Dari analisis didapat data bahwa sebanyak 7 pedagang besar di Sumatera Utara melakukan permainan harga.

Begitu pun di Jawa Barat ada pemain-pemain besar di penggilingan beras yang menguasai distribusi produksi. Secara umum, kata dia, permainan harga beras berada di kawasan lumbung beras, melibatkan pengusaha besar yang jumlahnya sedikit namun pengaruhnya besar. Tapi dari analisis tersebut, belum tercium adanya indikasi persekongkolan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement