Senin 16 Feb 2015 19:56 WIB

Ekspor Bahan Mentah Dinilai Seperti Zaman Penjajahan

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Proses bongkar muat batu bara dari kapal ke truk pengangkut di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Ahad (12/1).  (Republika/Adhi Wicaksono)
Proses bongkar muat batu bara dari kapal ke truk pengangkut di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Ahad (12/1). (Republika/Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kementerian Perindustrian menilai kebiasaan menjual bahan mentah seperti masa zaman penjajahan. Para Industriawan didorong untuk menjual produk yang sudah diolah.

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Euis Saedah mengatakan, penjualan bahan mentah tidak menguntungkan Indonesia. ''Jangan seperti zaman VOC, hanya petik dan jual,'' kata dia dalam Workshop Pendalaman Kebijakan Industri untuk Wartawan, Yogyakarta, Senin (16/2) siang.

Euis menuturkan, seluruh industriawan harus mengambil keuntungan semaksimal mungkin dengan terus meningkatkan nilai tambah produk industrinya. Pasalnya, penjualan bahan mentah tingkat keuntungan yang didapatkan tidak maksimal.

Dia mengatakan, dengan menjual produk olahan, keuntungan yang didapatkan dan penerimaan negara akan meningkat. Selain itu, dengan meningkatkan nilai tambah suatu produk turut mengembangkan industri lainnya.

Pemerintah gencar menerapkan ekspor produk olahan. Utamanya, di sektor pertambangan. Pasalnya, setiap mineral yang akan diekspor harus diolah di smelter terlebih dahulu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement