REPUBLIKA.CO.ID, Oleh A Syalaby Ichsan/Wartawan Republika
Persaingan bisnis jasa kurir memasuki tahun 2015 semakin ketat. Di akhir tahun ini, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan terbentuk. Industri Tanah Air pun akan menghadapi masuknya kompetitor baru dari negara-negara ASEAN.
Kini, suatu layanan jasa pengiriman barang tak hanya dapat mengandalkan ketepatan waktu. Unsur keamanan dan kenyamanan klien menjadi faktor nilai tambah. Demi meraih kepercayaan para pelanggan. PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) menjadi satu pemain besar di sektor ini. Perseroan dengan layanan jasa ekspres dan logistik memiliki jutaan klien yang harus dipuaskan.
Salah satu konsumen tetap JNE adalah Mardiyati. Pebisnis online tersebut sudah menggunakan jasa JNE sejak lima tahun lalu. Dia mendistribusikan barang-barang dagangannya dari susu kemasan, perlengkapan bayi, perlengkapan dapur hingga busana Muslimah untuk para pelanggannya dari Jabodetabek hingga ke pelosok jawa.
"Biasanya saya rekomendasi JNE karena cepat dan mudah tracking barangnya,"ungkap ibu rumah tangga ini saat berbincang dengan Republika, beberapa waktu lalu.
Perempuan yang akrab disapa Umar ini menjelaskan, mengirim barang dengan JNE tergolong mudah. Cukup datang ke cabang JNE terdekat, lantas membawa paket barang lengkap dengan alamat. Petugas JNE akan menginput data lalu menginformasikan ongkos kirim yang akan dibayar.
Tentunya disesuaikan dengan berat dan jarak tujuan pengiriman. Ketika antrean membludak, Mardiyati pun tak perlu khawatir. "Titipin ongkos kirimnya ke petugas bisa ditinggal. Kalau lagi ngantre banget, resinya nyusul besok bisa diambil,"ujarnya.
Tak hanya itu, Mardiyati bisa mendapat packing gratis saat mengirim barang. Padahal, tuturnya, packing di tempat lain dikenakan biaya. Dia mengungkapkan, packing merupakan faktor penting untuk menjaga kualitas barang. Jika barang tak dikemas dengan kuat dan rapi, barang dapat rentan rusak. Alhasil, pelanggan pun menjadi kecewa.
Buat pedagang online seperti Mardiyati, jasa pengiriman menjadi faktor penting dalam menjaga kepercayaan pelanggan. Saat pelanggan menerima barang tepat waktu dengan kemasan bermutu, mereka akan terpuaskan.
Sebaliknya, pelanggan akan komplain manakala barang dikirim terlambat dengan kemasan yang rusak. Dengan bekal kepercayaan itu, toko online Mardiyati perlahan mendapatkan omzet lumayan. Dalam sebulan, dia bisa mengumpulkan total Rp 10 juta.
Memasuki tahun 2015 ini, Mardiyati tetap setia menggunakan JNE. Dia optimistis jasa kurir ini akan mampu bersaing meski diberlakukannya MEA. Sejauh JNE mampu mempertahankan kualitas pengiriman dan performa pelayanan yang baik, Mardiyati yakin JNE akan mengungguli masuknya kompetitor asing. "Yang penting sih pelayanannya dipertahankan,"ujarnya.
Corporate Communication Head Division JNE Ridhatullah Hambalillah menjelaskan, Perusahaan yang berdiri pada 26 November 1990 itu melayani 8 juta pengiriman setiap bulan. Pada 2016, dia memprediksi pengiriman akan tumbuh hingga satu juta per hari.
Dia pun optimistis target perseroan senilai Rp 2,5 trilliun pada 2014 dapat terlampaui. Terlebih, dengan kekuatan 250 kantor operasional dan 5000 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia.
Untuk semakin memuaskan konsumen, Ridhatullah mengungkapkan, JNE akan meningkatkan informasi untuk laporan pengiriman. Demi menjamin keamanan pengiriman, kualitas tracking posisi barang juga akan ditingkatkan. JNE pun akan mengembangkan mobile applications demi kelancaran distribusi barang.
Kualitas sumber daya manusia juga tak luput dari perhatian. Menurutnya, JNE akan memperhatikan skil kurir seperti sopir truk yang dituntut bertanggungjawab mengantar barang sampai tujuan tepat waktu. Caranya, dengan melakukan pelatihan internal dan memperhatikan jenjang karir para kurir. "Mereka layaknya pilot yang bertanggungjawab atas keselamatan penumpang,"ujarnya.
Hadapi MEA
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 ini, industri logistik di Tanah Air terus berbenah. Sebagai kesepakatan pertemuan KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, awal 2007, MEA akan membawa konsekuensi pasar tunggal di kawasan. Dampaknya, pelaku bisnis bebas berseliweran mencari peluang usaha. Dengan jumlah penduduk berkisar 240 juta jiwa, Indonesia pun menjadi pasar menggiurkan.
Frost & Sullivan memprediksi industri logistik Indonesia tumbuh 14.7 persen menjadi Rp 1,816 triliun pada akhir tahun 2014. Pada 2013, Frost & Sullivan melansir pertumbuhan hingga Rp. 1,583 triliun. Menurutnya, naiknya pertumbuhan karena terjadi peningkatan di sektor jasa dan peningkatan konsumsi pribadi.
Terbentuknya pasar tunggal di kawasan pada akhir tahun ini diprediksi akan turut mendongkrak tumbuhnya industri logistik Tanah Air. Vice President Global, Transportation & Logistics Practice, Frost & Sullivan, Gopal R mengatakan, perdagangan internasional akan menstimulasi pertumbuhan.
Integrasi regional sebagai dampak dari MEA pun akan terbentuk. Hambatan perdagangan di kawasan baik berupa tarif dan non tarif akan sirna. Terlebih, dengan adanya area perdagangan bebas.
Gopal mengatakan, adanya MEA menjadi bukti adanya kebutuhan untuk memperkuat peran ASEAN sebagai pusat integrasi Asia Timur. Untuk itu, keamanan transportasi dan keselamatan di daerah jaringan transportasi dan logistik harus diwujudkan.
Caranya, dengan berkoordinasi antara semua instansi terkait untuk memfasilitasi transportasi antara negara-negara tetangga di ASEAN. Jaringan logistik pun terhubung dengan baik di wilayah.
Hingga saat ini, transportasi dan logistik di ASEAN berkembang dengan cepat. Menurutnya, hal ini sejalan dengan platform pertumbuhan ekonomi wilayah di ASEAN. Proyeksi pertumbuhan di negara-negara ASEAN akan memiliki nilai rata-rata, 5.4 persen. Ekspor akan memainkan peran yang lebih besar, sementara permintaan domestik diperkirakan akan moderat.
Meningkatnya permintaan domestik, khususnya investasi infrastruktur dan konsumsi rumah tangga di ASEAN akan mengubah sifat perdagangan di wilayah tersebut. "Konsumsi domestik telah mendorong pertumbuhan di Indonesia, mewakili lebih dari 50 persen dari GDP negara itu," tambahnya.
Gopal mengatakan bahwa kunci sukses Indonesia menghadapi MEA adalah pertumbuhan perdagangan dan manajemen logistik. Dua faktor ini berkorelasi kuat yang dapat memperkuat daya saing bisnis.
Sektor logistik menjadi tantangan sekaligus peluang yang harus dijawab industri nasional. Sebagai salah satu pemain besar, JNE pun punya strategi tersendiri untuk menghadapi MEA. Direktur Eksekutif PT JNE Johari Zein mengungkapkan, inovasi adalah kunci untuk bisa bersaing menghadapi MEA.
Inovasi akan mewarnai setiap aksi perusahaan ke depan dengan mempercepat laju peningkatan kualitas sumber daya manusia, upgrade dan perluasan jaringan, pemanfaatan mesin dan teknologi modern serta terus meningkatkan kapasitas operasional. "JNE pun punya ambisi untuk berperan dalam menggerakkan rantai pasok bangsa dan negara,"ujarnya.
Selain 'beraksi', Johari menjelaskan, JNE akan mempeteguh fondasi dasar perusahaan dengan menanamkan nilai-nilai dasar perusahaan dan nasionalisme serta budaya Indonesia ke segenap karyawan. Tujuannya, JNE menjadi perusahaan dengan keunikan yang khas dan bisa bersaing di taraf internasional.
Dia menjelaskan, MEA 2015 membuka peluang dan berbagai tantangan bagi seluruh negara ASEAN, termasuk para pelaku bisnis. Oleh karena itu, Johari mengungkapkan, JNE akan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi tantangan yang dihadapi.
Termasuk strategi untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan lain sebagai partner strategis. Cara ini, ujarnya, akan membuat iklim usaha yang harmonis dan saling melengkapi satu sama lain untuk bersama-sama mengatasi berbagai tantangan serta memperluas jaringan bisnis luar negeri.