Jumat 02 Jan 2015 16:44 WIB

Demi Ekonomi, Pemerintah Harus Jaga Volalitas BBM

Tahun 2015 Premium Tidak Bersubsidi: Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU, Jakarta, Jumat (19/12).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Tahun 2015 Premium Tidak Bersubsidi: Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU, Jakarta, Jumat (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kebijakan penurunan harga bahan bakar minyak diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai enam persen pada tahun 2015. Tentu angka melebihi target yang dicanangkan sebelumnya, kata ekonom Universitas Gadjah Mada, Sri Adiningsih.

Pemerintah secara resmi telah menurunkan harga BBM bersubsidi terhitung mulai 1 Januari 2015. Harga premium diturunkan dari Rp8.500 per liter menjadi Rp 7.600 per liter, harga solar dari Rp7.500 per liter menjadi Rp 7.250 per liter.

Namun, ia menyarankan, ke depan meskipun harga minyak dunia mengalami naik-turun, pemerintah harus mampu menjaga agar volatilitas (standar deviasi) harga tidak terlalu tajam. "Kalau (harga premium) Rp8.500 per liter masih bisa diterima, tapi kalau sudah lebih dari itu tetap perlu dipertimbangkan kembali," kata dia.

Apalagi, kata dia, penurunan harga BBM bersubsidi tersebut juga tidak serta merta mampu memengaruhi harga komoditas serta jasa transportasi yang sudah terlanjur naik, akan turun kembali.

"Mengikuti pengalaman yang sudah ada, biasanya akan sulit (harga komoditas lainnya turun kembali). Apalagi upah pekerja rata-rata perusahaan kan juga sudah terlanjur naik," kata guru besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement