Jumat 19 Dec 2014 09:15 WIB

Pertamina: Susahnya Pertamina Diizinkan Bangun SPBU di Negara Lain

Rep: C85/ Red: Erdy Nasrul
Petugas membantu warga mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU.
Foto: Republika/Prayogi/ca
Petugas membantu warga mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Rencana pencabutan subsidi BBM jenis premium tidak lantas mendapat dukungan dari Pertamina. Direktur Pemasaran dan Perdagangan Pertamina Ahmad Bambang menilai, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah. Bambang menilai, sampai saat ini pemerintah belum adil dalam mengelola perizinan SPBU asing dibanding dengan SPBU Pertamina.

"Pemerintah harus melihat lagi prinsip keadilan antar negara. Begitu susahnya Pertamina mendapatkan ijin membangun SPBU di negara lain, even di Asean karena adanya entry barrier, namun kok mudahnya para pesaing atau pemain baru buka SPBU di Indonesia," jelas Bambang kepada Republika, Kamis (18/12).

Poin lain yang Bambang sorot adalah kebenaran harga premium non-subsidi. "Apa betul kalau tidak subsidi harganya di bawah Rp 8500 perliter, karena tentu saja pelaku pasar akan menambah keuntungan," jelas Bambang. Untuk itu, bambang meminta pemerintah agar tidak gegabah dalam menentukan kebijakan, khususnya terkait dengan pencabutan subsidi premium.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement