REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menceritakan dinamika kehidupannya selama masih berada di Papua. Salah satunya tentang tingginya harga bahan bakar minyak di pulau paling timur Indonesia itu.
Bukan rahasia lagi jika harga BBM di Papua dinilai lebih mahal dibandingkan dengan di Jawa atau daerah lain. Bahlil mengalami sendiri situasi tersebut. Ia dibesarkan di sana.
"Di Papua pada tahun 2007 ketika saya masih jadi pengusaha, harga BBM di Wamena itu (per liternya) Rp 25 ribu, Rp 27 ribu, sampai Rp 30 ribu. Bahkan kalau cuaca jelek, pesawat nggak bisa masuk, harga BBM bisa sampai Rp 35 ribu, waktu itu," kata Bahlil di Ambon, Rabu (18/12/2024).
Sementara di Jawa, atau di daerah-daerah lain di mana ada sumber minyak dan SPBU, lanjut dia, BBM jenis solar (gasoil) saja cuma sekitar Rp 7.000 per liter. Perbedaannya sangat jauh. Bisa puluhan kali lipat menurutnya.
Berangkat dari situasi tersebut, pemerintah berupaya mencari langkah solutif. Keluarlah kebijakan BBM satu harga. Ini agar terjadi keseragaman besaran harga BBM di seluruh tanah air.
Bahlil meresmikan 31 penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu Harga seluruh Indonesia. Acara peresmian berlangsung di Terminal BBM Wayame, Ambon, Maluku, Rabu (31/12/2024) petang WITA. Kini total titik operasional BBM Satu Harga sudah terealisasi menjadi 573 titik sejak 2017 lalu.
Khusus di Klaster Maluku, ada sembilan penyalur yang juga baru saja diresmikan Menteri ESDM. Itu antara lain di Madona Hiera, Wetar Timur, Kei Besar Selatan, Obi Barat, Bacan Barat, Loloda, Wasile Tengah, Sulabesi Selatan, Taliabu Utara. Bahlil menerangkan, ini merupakan upaya pemerataan dari Sabang-Merauke.
Dari tahun-tahun sebelumnya, penyaluran BBM Satu Harga sudah dilakukan. Kini terus berlanjut. Diharapkan tak ada kesenjangan besaran harga di kota dengan daerah terpencil.
"Ini sebagai bentuk upaya kehadiran pemerintah dalam menjamin, ketersediaan bahan bakar. Supaya apa? Aktivitas ekonomi bisa jalan, perputaran ekonomi bisa terjadi," kata Bahlil.
Menurut Menteri ESDM, tidak mungkin tercipta pertumbuhan ekonomi yang baik, jika di daerah tak tersedia BBM dengan harga terjangkau. Seperti sudah disinggung di atas, ia sembari menceritakan pengalaman masa kecilnya. Ia sempat menjalani kehidupan di Papua.