Kamis 06 Nov 2014 15:06 WIB

Era SBY, BBM Naik Saat Tren Harga Minyak Meroket

Rep: Elba Damhuri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Antrean BBM di SPBU (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Antrean BBM di SPBU (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pro kontra rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) oleh Pemerintahan Joko Widodo terus berlanjut. Sejumlah alasan dikemukakan sebagai dasar penolakan atau penerimaan atas rencana tersebut.

Pada era presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kenaikan harga BBM disertai dengan tren meningkatnya harga minyak mentah dunia. Tren kenaikan ini juga terjadi pada harga minyak Indonesia (ICP) dari posisi 80 an dolar AS per barel menjadi hampir 100 dolar AS.

Dari Pusat Data Republika, harga minyak mentah ICP pada Mei 2013 sebesar 99,01 per barel. Ini terjadi sebulan sebelum menteri ESDM Jero Wacik mengumumkan kenaikan harga BBM.

Pada Juni, harga minyak mentah ICP mencapai 99,97 dolar AS per barel, bahkan sempat menyentuh angka psikologis 100 dolar per barel. Perdagangan rata-rata selama sebulan akhirnya ditutup pada angka 99,97 dolar AS.

Harga minyak terus meroket pada bulan-bulan berikutnya pada 2013 hingga menyentuh angka 109 dolar AS per barel. Jelang akhir 2013, harga minyak dunia ditutup pada angka 106 dolar AS per barel.

Menurut Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), pada periode Januari hingga Juni 2013 terjadi lonjakan permintaan minyak yang tinggi. Dampaknya, harga minyak mentah pun ikut terdorong menjulang.

Asumsi harga minyak pada APBN Perubahan 2013 naik dari 100 dolar AS per barel menjadi 108 dolar AS. Pada usulan APBN 2013, pemerintah mematok harga minyak hanya 100 dolar AS, namun seiring perubahan pada tingkat pasar, asumsi harga minyak pun dinaikkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement