Rabu 08 Oct 2014 09:46 WIB

Krakatau Steel Minta Kesetaraan Iklim Usaha

Rep: C88/ Red: Winda Destiana Putri
PT Krakatau Steel
PT Krakatau Steel

REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Direktur Utama PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KS) Irvan Kamal Hakim berharap pemerintah memberikan iklim yang kondusif dalam mengembangkan industri baja di Indonesia. Ia ingin pemerintah membuka pintu seluas-luasnya bagi pemasaran baja produksi dalam negeri.

Irvan mencontohkan Malaysia melindungi produk baja dalam negeri dengan membebankan bea masuk 25 persen untuk baja impor. Sementara di Indonesia bea masuk hanya lima persen.

"Bahkan free trade Indonesia-Tiongkok bea masuknya nol persen," kata Irvan ketika ditemui Republika di Cilegon, belum lama ini.

Ia memaparkan pasar baja dunia saat ini masih dikuasai Tiongkok. Kapasitas produksi baja Tiongkok mencapai 750 juta ton per tahun. Jumlah ini merupakan separuh dari produksi total baja dunia. Di sisi lain kapasitas produksi baja Indonesia baru sebesar 3,25 juta ton per tahun.

Serbuan baja dari Tiongkok diakui Irvan menjadi tantangan tersendiri bagi industri baja dalam negeri. Apalagi, lanjutnya, harga baja impor lebih murah ketimbang baja lokal. Oleh karenanya KS berusaha menggenjot daya saing dan produktivitas perusahaan.

"Dalam mengembangan sektor inti kami menargetkan kenaikan kapasitas produksi sampai 7,15 juta ton pada 2018," terang Irvan.

Iip Arief Budiman, Corporate Secretary KS menuturkan dengan dominasi Tiongkok tersebut, sudah selayaknya pemerintah mengeluarkan regulasi yang melindungi produk baja dalam negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement