REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa bank BUKU I dan II merupakan penyumbang kredit bermasalah (Non-Performing Loan) terbesar. Khususnya di sektor konstruksi, pertambangan, perdagangan dan jasa sosial.
Kenaikan NPL di sektor-sektor tersebut tidak terlihat signifikan di bank-bank besar."Beberapa bank memang ada NPLnya sudah cukup tinggi, tapi kalau bank-bank besar rata-rata dia tidak terlalu besar naiknya. Ini bank yang kategori BUKU I dan II," ujar Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah, Senin (15/9).
Ia mengatakan, penyebab kenaikan NPL secara umum disebabkan kondisi ekonomi yang menurun. Secara khusus, kenaikan NPL di sektor konstruksi disebabkan oleh pengaruh dari pengetatan anggaran Pemerintah yang berakibat beberapa proyek-proyek yang didanai Pemerintah mengalami kesulitan cash flow.
Tertahannya kegiatan konstruksi berpengaruh pada sektor perdagangan sehingga NPL meningkat. Sedangkan di sektor pertambangan, NPL disebabkan oleh keadaan di luar negeri.
Halim melihat NPL akan membaik pada tahun depan seiring dengan perbaikan ekonomi global dan Indonesia. Perbaikan ekonomi tersebut akan membuat likuiditas bank-bank meningkat sehingga bank memiliki ruang untuk memperbaiki kualitas asetnya.