Jumat 01 Aug 2014 21:01 WIB

Defisit Neraca Perdagangan Terus Menipis

Rep: Friska Yolandha/ Red: Esthi Maharani
Defisit (ilustrasi)
Foto: FINANCIALRED.COM
Defisit (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Defisit neraca perdagangan diperkirakan terus menipis hingga akhir tahun. Sejumlah upaya dilakukan dengan harapan ekspor Indonesia terus meningkat dan impor menurun.

Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Peter Jacobs mengatakan, besar kemungkinan neraca perdagangan Juli surplus. "Harapannya memang surplus tipis karena demand impornya turun, juga karena faktor usai lebaran," kata Peter, Jumat (1/8).

Selain penekanan impor, pemerintah juga mengharapkan perbaikan ekspor, terutama ekspor nonmineral. Sehingga, di akhir tahun defisit dapat lebih tipis dibandingkan tahun sebelumnya.

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM A Tony Prasetiantono mengungkapkan sebaliknya. Neraca perdagangan diperkirakan masih defisit tipis.

"Agak susah memprediksikan angkanya, namun saya duga terjadi defisit karena harga komoditas primer, terutama batu bara, masih anjlok," kata Tony.

Untuk menekan defisit neraca transaksi berjalan, BI diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate. Sejak November 2013, BI mempertahankan suku bunga di level 7,5 persen.

Sementara, Tony memperkirakan inflasi Juli hanya 0,7 persen disumbang oleh bahan makanan. Inflasi bulan puasa dan lebaran kali ini tidak terlalu disumbang oleh distribusi barang yang kali ini lebih lancar. "Kita juga diuntungkan oleh bulan puasa dan lebaran terjadi pada bulan yang sama," kata Tony.

Tony memperkirakan likuiditas akan segera melonggar. Hal ini terjadi apabila inflasi rendah di Agustus dan rupiah menguat setelah Mahkamah Konstitusi menetapkan presiden definitif pada 21 Agustus 2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement