REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan defisit perdagangan Indonesia-China di awal tahun ini. Pada Januari 2022, defisit dagang tercatat mencapai 2,23 miliar dolar AS. Namun, memasuki Februari, defisit mengecil menjadi hanya 909,4 juta dolar AS.
Kepala BPS, Margo Yuwono, menjelaskan, sepanjang Februari 2022, nilai ekspor Indonesia ke China mencapai 3,72 miliar dolar AS, terdapat peningkatan ekspor sebesar 208,4 juta dolar AS, atau menjadi peningkatan ekspor terbesar keempat setelah India, Swiss, dan Korea Selatan.
Sementara, nilai impor di bulan yang sama tercatat 4,62 miliar dolar AS. Margo menyampaikan, nilai impor itu turun sekaligus menjadi penurunan yang terdalam dari seluruh penurunan impor Indonesia dari negara mitra.
"Impor dari China pada Februari 2022 turun 1,2 miliar dolar AS. Ini merupakan yang terbesar setelah Vietnam, Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang," kata Margo.
Lebih lanjut, ia menuturkan, penurunan impor dari China yang cukup besar dipicu oleh sejumlah komoditas. Di antaranya yakni dari produk industri farmasi (HS 30) yang turun senilai 103 juta dolar atau 90,58 persen jika dibanding Janauri 2022.
Selain itu, juga terjadi penurunan mesin peralatan listrik (HS 85) yang turun 196,6 juta dolar AS atau 17,78 persen. Terakhir, penurunan impor besi dan baja (HS 72) senilai 97,7 juta dolar AS atau 28,12 persen.