Jumat 01 Aug 2014 19:59 WIB

IMF Puji Keberhasilan Abenomics

Rep: Elba Damhuri/ Red: Maman Sudiaman
Gedung Dana Moneter Internasional (IMF) Washington DC
Foto: EPA/MATTHEW CAVANAUGH
Gedung Dana Moneter Internasional (IMF) Washington DC

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Program reformasi ekonomi PM Jepang, Shinzo Abe dinilai telah berjalan sesuai treknya. Jalan ekonomi yang disebut Abenomics itu, menurut Dana Moneter Internasional (IMF), telah berkontribusi pada kenaikan inflasi, ekonomi yang tumbuh, dan investasi yang terus naik.

Kebijakan moneter yang agresif, kata Jerry Schiff, Deputi Direktur IMF Departemen Asia dan Pasifik, ikut mendorong membaiknya dunia tenaga kerja Jepang. Dari sisi perbankan, kredit pun menunjukkan tren yang positif termasuk terhadap usaha kecil menangah.

"Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Jepang pada 2014 ini 1,6  persen sebelum turun menjadi 1,1 persen pada 2015," kata Jerry dalam situs IMF, Jumat (1/8).

Inflasi Jepang menyentuh angka 2,8 persen dari Juli 2013 hingga Juli 2014. IMF mengatakan sepanjang januari hingga Desember 2014, inflasi bakal tetap berada di kisaran 2 persen.

Namun demikian, Jerry mengingatkan Jepang adanya risiko-risiko ekonomi yang mengadang reformasi dan perbaikan yang sedang dijalankan negeri matahari terbit itu. Risiko ekonomi jangka menengah, kata dia, cukup serius untuk diantisipasi PM Abe.

Abenomics merupakan kebijakan ekonomi Pemerintah Jepang di bawah kepemimpinan PM Shinzo Abe. Abenomics mencakup tiga "samurai reformasi" ekonomi: moneter, fiskal, dan struktural.

Moneter seperti dilansir Reuters, meliputi kebijakan pelemahan mata uang yen, pemberian stimulus ekonomi, laju inflasi tinggi, dan pelonggaran moneter. Reformasi fiskal mencakup belanja besar untuk infrastruktur, mendorong belanja tinggi, hingga proyek-proyek publik lainnya. 

Reformasi struktural Abenomics terkait dengan deregulasi dan liberalisasi perdagangan yang lebih luas dan mempermudah masuknya investasi, baik langsung maupun tidak langsung. Jepang membutuhkan investasi dan ekspor lebih tinggi untuk menopang pemulihan ekonominya hingga terjaga seimbang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement