Rabu 04 Jun 2014 17:55 WIB

Perbankan Terancam Perlambatan Laba

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Bank Indonesia
Foto: Adhi Wicaksono
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan di Tanah Air terancam perlambatan laba. Perlambatan disebabkan oleh tingginya biaya dana dan kenaikan biaya operasi atau BOPO. Per kuartal I-2014, laba perbankan sudah melambat dengan tumbuh 13,09 persen.

Direktur Biro Riset Infobank Karnoto Mohamad mengatakan, kecepatan kredit lebih kencang dari kecepatan dana. "Likuiditas perbankan mengalami tekanan luar biasa," ujar Karnoto, Rabu (4/6). Hal tersebut terlihat dari rasio kredit terhadap DPK (LDR) yang meningkat. LDR per Maret 2014 tercatat 91,17 persen, meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat 89,7 persen.

Bank-bank bersaing dengan meningkatkan suku bunga dana. Berdasarkan data Infobank, suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) telah meningkat signifikan dalam setahun. Sebagai contoh, rata-rata suku bunga deposito satu bulan per Maret 2014 sebesar 7,96 persen.

Padahal di periode yang sama pada tahun sebelumnya, bunga tercatat pada 5,48 persen. Suku bunga dana yang tinggi akan menekan marjin (NIM) perbankan. "Biaya dana (cost of fund) yang tinggi akan menekan NIM. Tahun kemarin NIM sudah mengalami penurunan," ujar Karnoto.

Per Maret 2014, NIM rata-rata perbankan sebesar 4,28 persen, turun dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,89 persen. Laba juga tertekan oleh peningkatan BOPO. "BOPO juga cenderung meningkat karena bank ekspansif membuka suku cabang," ujarnya.

Infobank mencatat tahun lalu terdapat 2000 cabang bank baru. BOPO Maret tercatat sebesar 77,34 persen, meningkat dari tahun lalu yang sebesar 74,08 persen.

Namun, ia menilai bank-bak masih cukup kuat menghadapi tantangan likuiditas dan risiko kredit. Modal perbankan masih memadai, cadangan cukup besar, dan jika NPL meningkat mencapai 5 persen, bank masih punya ruang ekspansi dengan penurunan suku bunga. "Jika tidak ada kejadian yang memburuk, kinerja bank masih oke," ujarnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement