Ahad 18 May 2014 14:24 WIB

Politik Menghangat, Indeks Kembali Tembus Level 5.000

Rep: Friska Yolandha/ Red: A.Syalaby Ichsan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada perdagangan akhir pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup tembus 5.000. IHSG sepanjang tahun menunjukkan tren penguatan.

IHSG menguat 0,8 persen atau 39 poin ke level 5.031 pada penutupan perdagangan Jumat (16/5). Nilai ini menguat 2,72 persen bila dibandingkan dengan penutupan pekan sebelumnya, yaitu di level 4.898,14.

"IHSG kembali menembus level 5.000 di tengah menghangatnya kondisi politik di tanah air menyusul terbentuknya peta koalisi antarpartai," kata analis Panin Sekuritas Purwoko Sartono, Ahad (18/5).

Selain kondisi politik, penguatan indeks juga didorong oleh kembalinya investor asing ke pasar domestik seiring dengan membaiknya politik dan ekonomi di tanah air. Tercatat beli bersih asing pada perdagangan kemarin mencapai Rp 2,1 triliun.

Penguatan IHSG diikuti oleh menguatnya saham-saham berkapitalisasi besar yang termasuk dalam LQ45, yaitu 1,21 persen ke level 858,86. Rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) ikut menguat 72 poin menjadi Rp 11.415 per dolar AS.

"Terakhir kali, IHSG berada di level 5.000 adalah pada Juni 2013," kata analis Asia Financial Network Agus Susanto. Setelah itu, IHSG terjun bebas menyentuh 3.900, tepatnya pada 27 Agustus 2013.

Penguatan indeks terjadi di tengah koreksi sebagian bursa regional. Bursa Nikkei turun 1,41 persen menjadi 14.096,59. Sementara, Straits Times melemah 0,3 persen ke level 3.262,59 dan indeks Hang Seng melemah 0,08 persen ke level 22.712,91.

Analis Recapital Securities Agustini Hamid mengatakan, kondisi ekonomi nasional sudah jauh lebih stabil. Investor saat ini sudah jauh lebih rasional dalam mengambil kebijakan. "Investor domestik sudah bisa mengambil kebijakan sesuai fundamental, tidak ikut-ikutan," kata Agustini.

Indonesia merupakan negara berkembang yang pertumbuhannya cukup stabil dibandingkan negar lain di Asia. Meskipun pemerintah merevisi pertumbuhan ekonomi lebih lambat dari yang tercantum dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2014, ia optimistis level IHSG di atas 5.000 bisa dipertahankan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement