Rabu 19 Mar 2014 13:26 WIB

Kredit Perbankan Diproyeksi Tumbuh 17-19 Persen

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Kredit (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Kredit (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT ICRA Indonesia, perusahaan pemeringkat untuk korporasi, perbankan dan lembaga keuangan nonbank, memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan dalam negeri pada 2014 akan berada di kisaran 17,0 persen sampai 19,0 persen. Proyeksi tersebut lebih tinggi dibanding proyeksi Bank Indonesia yang berada pada rentang 15,3 persen sampai 16,6 persen.

Assistant Vice President Analyst of Financial Institution Ratings PT ICRA Indonesia Kreshna Armand menjelaskan, proyeksi pertumbuhan kredit yang dirilis oleh ICRA Indonesia didasari sejumlah pertimbangan ekonomi, baik dari sisi domestik maupun global. Demikian disampaikan Armand dalam media briefing ICRA Indonesia di Jakarta, Rabu (19/3).

Dari sisi domestik, Armand menyebut level suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) saat ini masih menjadi tantangan utama perbankan dalam menjaga pertumbuhan kreditnya.  Seperti diketahui, BI Rate telah dinaikkan 175 basis poin sejak Juni 2013 sebesar 5,75 persen menjadi 7,50 persen per Februari 2014. 

Kemudian, penyelenggaraan Pemilihan Umum 2014, baik Pemilu Legislatif 9 April 2014 maupun Pemilu Presiden 9 Juli 2014.  Penyelenggaraan pemilu, kata Armand, tidak hanya dilaksanakan di Indonesia, melainkan juga disejumlah negara berkembang seperti India.  "Pemilu membuat sejumlah langkah bisnis perusahaan tertunda," ujar Armand.

"Seperti penundaan IPO, belanja modal yang ditunda ke 2015," tambah Armand. Faktor berikutnya, ujar Armand, adalah penyesuaian terhadap pengurangan stimulus moneter oleh Bank Sentral AS.

Jika dibandingkan dengan 2013, perbankan nasional diyakini telah menyesuaikan kebijakan oleh the Fed. Faktor lainnya adalah serangkaian imbauan BI yang mulai disampaikan sejak 2012. Misalnya peningkatan penyaluran kredit perbankan untuk usaha kecil dan menengah (UKM).

"Tapi, ini belum memberikan efek negatif ke bank dalam waktu dekat ini. Indikator struktural bank tetap terjaga, walau indikator makroekonomi kurang baik," kata Armand.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement