Kamis 06 Mar 2014 04:23 WIB

INACA Gelar Forum Pembiayaan Maskapai Internasional

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Yudha Manggala P Putra
  Penumpang turun dari pesawat maskapai Citilink yang mendarat di landasan Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (10/1).    (Republika/Aditya Pradana Putra)
Penumpang turun dari pesawat maskapai Citilink yang mendarat di landasan Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (10/1). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Asosiasi Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) menggelar konferensi internasional yang  mempertemukan maskapai penerbangan nasional dengan mitra bisnis yang berasal dari berbagai institusi jasa keuangan dan pembiayaan penerbangan global di Jakarta pada 5-6 Maret 2014.

Ketua Umum INACA Arif Wibowo pada pembukaan  “Indonesia’s 1st Aircraft & Engine Leasing Summit” di Jakarta, Rabu (5/3), yang dihadiri 200 peserta dari kalangan seperti asuransi penerbangan, perbankan, pabrikan pesawat, dan perusahan teknologi aviasi mengatakan, forum ini menjadi penting mengingat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan angkutan udara di Asia dan Indonesia berkembang pesat.

Arif mengatakan, Asia, dengan kawasan ASEAN dan  terutama Indonesia telah menjadi kawasan dengan skala industri penerbangan yang tumbuh luar biasa. Indonesia dalam kajian McKinsey  & Co, akan menjadi negara dengan peringkat ekonomi nomor tujuh dunia pada 2030 dan akan menghasilkan 90 juta konsumen baru yang ingin bepergian.

“Belum lagi dengan total populasi mencapai 240 juta penduduk, ribuan pulau, pembangunan infrastruktur yang sedang berlangsung, membuat Indonesia sebagai negara dengan prospek penerbangan cerah untuk jangka panjang,” kata Arif yang juga CEO Citilink seperti dikutip dari keterangan pers, Kamis (6/3).

Faktor-faktor tersebut, kata Arif lagi, mempercepat pertumbuhan kegiatan travelling. Jumlah penumpang domestik meningkat dua kali lipat dari 2008 menjadi 74,2 juta penumpang pada 2013. Sedangkan pada penumpang internasional mencapai 10,8 juta orang. Diperkirakan penumpang domestik akan mencapai 100 juta pada 2015 dan 180 juta penumpang pada 2018.

”Ini akan membuat Indonesia sebagai negara peringkat lima dunia dalam pasar domestik   setelah Amerika Serikat, China, Jepang dan Brasil,”kata Arif.

Lebih jauh Arif menjelaskan, dari perspektif tersebut maskapai penerbangan Indonesia membutuhkan armada pesawat dalam jumlah yang besar, terlebih saat memasuki pasar regional di ASEAN dengan persaingan yang ketat. Ekspansi bisnis ke ASEAN membutuhkan jenis pesawat berbadan sedang untuk bias mendarat di bandara yanglebi kecil dengan jalur lepas landas (runway) yang pendek.

Forum kali ini, kata Arif penting tidak saja bagi INACA, tetapi juga bagi industri lainnya yang terkait dengan penerbangan khususnya dengan institusi pembiayaan pesawat (leasing), asuransi, teknologi, dan pabrikan pesawat untuk bisa membantu maskapai di kawasan AEAN dan Indonesia memperoleh pesawat yang tepat dan pembiayaan yang tepat juga.

INACA sebagai fasilitator, katanya, mendorong agar tercipta sinergi yang positif dari pertemuan kali ini sehingga dapat terbangun kerjasama, saling belajar dan membuka peluang bisis di masa depan.

Jumlah armada pesawat dari penerbangan berjadwal yang beroperasi di Indonesia pada 2012 mencapai 442 unit (dari 121 penerbangan berjadwal) dan diperkirakan pada 2015 akan menjadi 580 pesawat dan 973 pesawat di tahun 2020. Sedangkan dari 135 penerbangan tidak berjadwal tercatat sebanyak 258 pesawat dan akan bertambah menjadi 421 pesawat di tahun 2020.

Jumlah penumpang Indonesia yang naik pesawat terbang tercatat sebanyak 70 juta penumpang per tahun, atau 200 ribu penumpang setiap harinya.

Maskapai penerbangan yang menjadi anggota INACA tercatat 32 airlines yang terdiri dari 14 penerbangan berjadwal dan sisanya 18 penerbangan tidak berjadwal.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement