REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Potensi pengembangan kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia masih besar. Pasalnya, Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan rumah sebesar 15 juta unit. Padahal setiap tahun pertumbuhan kebutuhan rumah sebanyak 800 unit.
Direktur Utama PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) Raharjo Adisusanto mengatakan dana kepemilikan rumah, selain berasal dari dana sendiri, berasal dari KPR. Namun, rasio KPR terhadap PDB masih rendah, yakni 3 persen.
"Angka yang rendah dibandingkan negara berkembang lainnya. Padahal industri perumahan memberikan multiplier efek dengan industri lainnya," ujar Raharjo dalam Seminar Kiat Pendanaan KPR saat Bunga Tinggi, Rabu (12/2).
Menurut Raharjo, kebutuhan perumahan menengah ke bawah masih besar. Di saat yang sama, masyarakat menengah bawah memiliki kendala dalam memiliki rumah dengan KPR. Untuk itu, diperlukan sinergi dari semua pihak untuk mendukung backlog atau kekurangan rumah. "Pemerintah mlalui Kemenpera memberikan dukungan untuk mengembangkan KPR FLPP dengan suku bunga terjangkau," ujarnya.