REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan pertumbuhan realisasi investasi proyek dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) meningkat 15 persen atau Rp450 triliun pada 2014.
"Angka 15 persen itu netral, tidak terlalu berlebihan optimistis-nya tapi juga tidak pesimis, karena peningkatan tidak akan terlalu luar biasa seperti tahun-tahun sebelumnya. Tentu bisa di luar perkiraan dan peluang nampaknya bisa lebih besar dari itu," kata Kepala BKPM Mahendra Siregar kepada pers di Jakarta, Selasa (21/1).
Mahendra mengatakan optimistis angka tersebut akan tercapai berdaasrkan beberapa kebijakan dan program pemerintah misalnya keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014, Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2014, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6/PMK.011/2014 yang terkait dengan hilirisasi produk mineral di dalam negeri.
Selain itu, akan segera diterbitkannya revisi Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. "Misalnya hilirisasi mineral yang berlangsung saat ini, kami di BKPM sudah menerbitkan izin untuk sejumlah perusahaan yang nilai investasinya kurang lebih mencapai Rp 150 triliun. Angka tadi tidak semata-mata akan direalisasikan pada 2014, tapi akan dilangsungkan beberapa tahun ke depan," jelas Mahendra.
Ia mengungkapkan ada 28 perusahaan yang sudah memiliki izin produksi yang tiga diantaranya sudah melakukan konstruksi dan akan mulai berproduksi tahun ini. BKPM juga sudah menerbitkan izin untuk investasi yang berkaitan dengan program pemerintah untuk mendorong hilirisasi minyak kelapa sawit guna mengurangi ketergantungan dari impor BBM dan meningkatkan ketahanan energi dalam negeri.
"Sudah ada beberapa perusahaan yang berinvestasi dengan nilai investasi mendekati Rp 40 triliun yang akan memasok bahan bakar nabati dari minyak kelapa sawit pada pembangkit listrik PLN untuk memenuhi target volume 1,7 juta kilo liter menggantikan solar tahun ini," kata Mahendra.
Ia mengatakan dari dua hilirisasi minerba dan minya kelapa sawit saja sudah menyumbang sekitar Rp 180 triliun, belum lagi ditambah dari lima sektor yakni tanaman pangan dan perkebunan, pertambangan, industri pengolahan (manufacturing), peternakan, dan jasa.
"Manufacturing dan jasa memberikan kontribusi besar yang cukup konsisten sejak 2010 dan merupakan nilai penting dalam menciptakan lapangan kerja. Dari dua sektor tersebut, menyumbang 80 persen atau Rp 102,5 triliun," jelasnya.