REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Naiknya harga gas elpiji akan menyumbang inflasi pada 2014. Bank Indonesia (BI) memperkirakan dampak kenaikan harga gas elpiji terhadap inflasi tidak terlalu besar.
"Perkiraan kita kenaikan harga elpiji itu akan menambah inflasi sebesar 0,13 persen," ujar Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, yang ditemui di Kompleks BI, Jumat (3/1). Sumbangan inflasi sebesar 0,13 persen tersebut untuk keseluruhan tahun 2014.
Sementara itu, BI memproyeksikan inflasi di tahun 2014 secara keseluruhan sebesar 4,5 persen ± 1 persen. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan inflasi 2013 sebesar 8,38 persen sesuai harapan. Menurutnya, inflasi dalam dua bulan terakhir konsisten baik dan lebih baik dari harapan. "Saya ingin berpesan tahun 2014 ini jangan mudah puas dan jangan gampang putus asa," tegasnya.
PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menaikkan harga gas elpiji tabung kemasan 12 kilogram (kg) menyusul tingginya harga pokok Liquified Petroleum Gas (LPG) di pasar. Hal lain yang berpengaruh adalah turunnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan kerugian perusahaan semakin besar.
Dengan konsumsi elpiji 12 kg tahun 2013 yang mencapai 977 ribu ton, di sisi lain harga pokok perolehan elpiji rata-rata meningkat menjadi 873 dolar AS, serta nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar, maka kerugian Pertamina sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai lebih dari Rp 5,7 triliun. Kerugian tersebut timbul sebagai akibat dari harga jual elpiji 12 kg yang masih jauh di bawah harga pokok perolehan.