REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serbuan gula rafinasi impor menimbulkan efek domino. Di antaranya, gula dalam negeri menjadi kurang dilirik dan petani tebu bisa kehilangan sumber pendapatan.
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia Ismed Hasan Putro menyayangkan kebijakan pemerintah yang kurang memerhatikan nasib petani tebu. ''Akibat serbuan gula rafinasi membuat gula BUMN, dan tebu petani tidak bisa dijual dengan baik,'' kata dia pada konferensi pers Masa Depan Pergulaan Indonesia, di Jakarta, Senin (23/12).
Dirut perusahaan yang salah satu komoditasnya gula itu mengungkapkan, ratusan ribu ton gula tidak terjual. Pasalnya, gula rafinasi harganya lebih murah.
Ismed juga mengungkapkan, di Kupang harga gula bisa didapat hanya dengan Rp 5.000 per kilogram. Gula tersebut berasal dari Darwin, Australia. Dia mengapresiasi larangan gula rafinasi oleh Gubernur Jawa Timur. Namun, tidak akan banyak perbedaan karena tidak ada ketegasan hukuman.
Ismed memprediksi apabila tidak segera diantisipasi paling lambat 1-Januari 2015 atau saat Masyarakat Ekonomi Asean dibuka karier petani tebu akan tamat. Alasannya, bea masuk akan digratiskan dan gula Vietnam dan Thailand siap menyerbu Indonesia dengan harga yang jauh lebih murah.