Kamis 28 Nov 2013 14:39 WIB

Cina Diharapkan Jadi Lokomotif Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cina sebagai mitra perdagangan terbesar kedua di Indonesia, diharapkan bisa menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional. Demikian diungkapkan Direktur Kerja sama Ekonomi Asia, Kementerian Kordinasi Perekonomian Bobby Siagian di Jakarta, Kamis (28/11).

"Kinerja perdagangan kedua negara sudah tumbuh secara mengesankan di mana pada lima tahun terakhir (2008-2012) telah tumbuh lima persen per tahun dengan transaksi perdagangan kedua negara tahun lalu mencapai 51,5 miliar dolar AS. Ini semakin meyakinkan kedua negara untuk mencapai transaksi perdagangan hingga 80 miliar dolar AS pada 2015," papar Bobby.

Sebelumnya, Bobby mengunjungi 15 mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Telkom (ITT) yang sedang menjalani pelatihan di Kantor Pusat Huawei Technology di Shenzhen dan di Beijing Language and Culture University, Cina yang akan ditutup pada Jumat (29/11). Menurut dia, program ini adalah implementasi dari MoU yang ditandatangani antara Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, PT Telkom, Telkomsel, dan Huawei Corporation di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Cina, Xi Jinping pada Indonesia-Tiongkok Business Forum.

Pada forum yang digelar di Jakarta, pada 3 Oktober 2013 itu ada 21 MoU yang ditandatangani kedua negara dengan total nilai 28,2 miliar dolar AS di mana kerja sama bisnis TIK menjadi salah satu bagian dari kerja sama tersebut di berbagai bidang seperti kehutanan, kelautan dan perikanan, energi serta infrastruktur.

Meskipun investasi Cina ke Indonesia masih jauh di bawah Jepang dan Korea, ujarnya, namun setelah penandatanganan kerja sama antara Kementerian Koordinator Perekonomian RI dan Kementerian Komersial Cina pada kunjungan Presiden Cina ke Jakarta Oktober lalu, diharapkan semakin meningkat.

Diskusi di bidang infrastruktur dengan para investor Cina sedang dalam tahap serius, ujarnya, khususnya karena Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) sangat penting bagi Indonesia untuk mencapai target menjadi negara dengan ekonomi ke-10 terbesar di dunia pada 2025 dengan GDP 4 triliun dolar AS.

"Pada 40 tahun lalu yakni pada 1973, GDP per kapita Indonesia hanya 150 dolar AS, namun kini sudah meningkat menjadi 3.850 dolar AS per kapita dan menjadi anggota kelompok prestisius negara-negara dengan ekonomi satu triliun dolar AS bersama Rusia, Korea, Brazil, India, Turki dan tentu saja Cina," ujar Bobby.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement