Senin 11 Nov 2013 15:07 WIB

Pengusaha Amerika Serikat Keluhkan Masalah Perizinan di Indonesia

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Hatta Rajasa
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Hatta Rajasa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Delegasi Pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengadakan pertemuan dengan perwakilan investor asal Amerika Serikat (AS) yang tergabung dalam US-ASEAN Business Council di kantor Kemenko Perekonomian, Senin (11/11).  Dalam keterangan kepada wartawan seusai pertemuan, Hatta mengatakan salah satu topik yang dibicarakan kedua belah pihak adalah permasalahan-permasalahan yang menghambat investasi asal negeri Paman Sam di Tanah Air.

Menurut Hatta, salah satu bidang usaha yang disoroti dalam pembicaraan adalah minyak dan gas. "Banyak perizinan yang berbelit-belit dan lama. Jadi, orang (investor) mau mulai (berinvestasi) sekarang, bertahun-tahun lagi baru mulai eksplorasi. Itu merugikan karena mereka rugi, kita rugi. Padahal kita ingin mengeluarkan gas menjadi satu juta barel setara minyak," ujar Hatta. 

Oleh karena itu, perbaikan iklim investasi dapat dimulai dengan membenahi dari aspek perizinan. Meskipun sulit, Hatta menegaskan hal ini mutlak diselesaikan. "Saya nggak tahu, kok mangkas perizinan saja susah betul. Pastilan setiap perizinan ada hal-hal yang nggak bener gitu lah. Kasarnya itu, nggak usah saya sebut. Saudara tahulah. Akhirnya nanti orang liat, semuanya duit, semuanya duit, repot kita," papar Hatta. 

Lebih lanjut, Hatta mengatakan perbaikan investasi menjadi pertaruhan Indonesia. Tanpa ragu, Ketua Umum Partai Amanat Nasional ini meminta bantuan dari media massa. "Soroti kalau ada izin-izin yang belum beres.  Soroti saja dengan tajam," kata Hatta. 

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Affandi Lukman menambahkan investor asal AS menginginkan agar masalah-masalah perizinan bisa dipercepat. Selain itu, permasalahan terkait persetujuan kontrak dan tender yang masih berlarut-larut diharapkan segera selesai. "Kalau bisa cepat, akan menguntungkan kedua belah pihak.  Intinya, mereka ingin ada debotlenecking sehingga bisa dipercepat," papar Rizal. 

Sebagai tindaklanjut dari pertemuan kali ini, Hatta mengatakan pihaknya telah membentuk desk yang bertujuan untuk membicarakan permasalahan-permasalahan di atas. Pertemuan dalam desk lebih spesifik dan fokus sehingga apabila terdapat hambatan-hambatan yang mengganggu investasi dibicarakan sampai keluar rekomendasinya. 

Rizal menambahkan, selain membahas permasalahan, pertemuan diharapkan bisa menjadi ajang sosialisasi kebijakan-kebijakan terbaru pemerintah dalam mendorong investasi. Indonesia berada di urutan ke 34 negara tujuan investasi AS menurut survei FDI Intelligence yang dipublikasikan 2013.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi AS di luar sektor migas dan keuangan sejak 2010 sampai semester I 2013 berjumlah 5 miliar dolar AS yang terdiri dari 403 proyek. Secara keseluruhan, sejak 2000 sampai 2012, realisasi investasi AS di Indonesia berada di urutan keenam dengan nilai 6,084 miliar dolar AS pada 599 proyek dari total realisasi investasi 172,013 miliar dolar AS pada 19.130 proyek.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement