REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata uang rupiah pada Rabu (2/10) pagi bergerak melemah sebesar 45 poin terhadap dolar AS mewaspadai dampak aktivitas ekonomi Amerika Serikat yang dapat berhenti akibat belum tercapai kesepakatan pembahasan anggaran. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah 45 poin menjadi Rp 11.390 dibanding sebelumnya (Senin, 1/10) di posisi Rp 11.345 per dolar AS.
"Pasar uang di dalam negeri masih mewaspadai dampak dari shutdown ekonomi di AS sehingga rupiah kembali melemah. Namun pelemahan nilai tukar domestik itu cenderung terbatas karena tertahan sentimen positif dalam negeri," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Rabu (2/10).
Menurut dia, imbas dari shutdown ekonomi AS akan berdampak negatif terhadap dolar AS. Kekhawatiran akan terjadinya inflasi dan defisit perdagangan Indonesia juga telah terjawab, dimana pada bulan September Indonesia mencatatkan deflasi sebesar 0,35 persen dan neraca perdagangan mengalami surplus sekitar 130 juta dolar AS. "Positifnya data ekonomi domestik akan berpengaruh baik bagi nilai tukar," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova menambahkan data ekonomi Indonesia yang dirilis oleh BPS kemarin (1/10) masih dapat menahan pelemahan nilai tukar domestik tertekan lebih dalam. Ia mengatakan bahwa pasar keuangan di dalam negeri yang selalu dihadapkan pada tiga risiko yakni perlambatan ekonomi domestiik, defisit neraca perdagangan Indonesia, dan inflasi sudah mereda.
"Saat ini, neraca dan inflasi sudah mulai cenderung terkendali," ucapnya. Menurut Ruly, kondisi itu memiliki dampak yang signifikan ke depannya bagi ekonomi domestik dan nilai tukar rupiah memiliki potensi untuk kembali menguat terhadap dolar AS.