Rabu 04 Sep 2013 12:46 WIB

BI Rate Naik, Bank Syariah Hati-Hati Salurkan Pembiayaan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Suku bunga Bank Indonesia
Foto: IST
Suku bunga Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan BI rate menjadi 7 persen berpengaruh pada bisnis pembiayaan perbankan syariah. Pasalnya cost of fund menjadi mahal karena ada adanya peningkatan cukup signifikan. Perbankan syariah pun kini berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan.

Head of Syariah Bank Permata, Achmad K Permana mengatakan Permata Syariah akan mengoptimalkan rencana pembiayaan. "Pasti kami akan jauh lebih konservatif dalam menyalurkan pembiayaan di semester II ini," ujarnya kepada ROL, Rabu (4/9).

Yang menjadi perhatian Permata Syariah saat ini adalah kenaikan BI rate akan berhenti sampai kapan. Permana menyebut ada dua hal yang harus diatur terkait kenaikan BI rate, yakni soal likuiditas dan kemampuan nasabah tertentu apakah mereka cukup mampu membayar angsuran akibat kenaikan BI rate ke depannya.

Meski begitu, Permata Syariah tidak akan mengubah target kinerja hingga akhir tahun. Pertumbuhan Permata Syariah pada semester I sudah cukup baik. Dari Rencana Bisnis Bank (RBB) Permata Syariah yang telah diserahkan ke Bank Indonesia (BI), bank menargetkan pertumbuhan 65 persen tahun ini. Sedangkan pada semester I lalu (year on year), pertumbuhan sudah mencapai 50 persen. "Jadi tidak terlalu sulit. Insya Allah bisa dicapai. Pembiayaan tinggal sedikit penambahan," ucapnya.

Permata Syariah akan menaikkan margin sebagai imbas kenaikan BI rate. "Karena cost of fund sudah naik 0,5 persen. Jadi harus ada kenaikan margin," kata Permana. Namun dia belum bisa menentukan berapa kenaikan margin tersebut.

 

Permana mengatakan kenaikan BI rate tidak akan menyebabkan peralihan nasabah dari konvensional ke syariah maupun sebaliknya. "Proses perpindahan nasabah tidak akan signifikan terjadi karena suku bunga tinggi berdampak pada keduanya," ujarnya.

Kepala Divisi Pengembangan Bisnis Bank Syariah Bukopin (BSB), Nurcholis berujar kenaikan BI rate berpengaruh ke funding sehingga pricing menjadi naik, khususnya deposito. Untuk pembiayaan yang telah dilakukan sebelum kenaikan BI rate, BSB tidak akan mengubah margin. "Untuk pembiayaan baru, itu yanh akan kami sesuaikan," ujarnya.

BSB, kata Nurcholis, akan lebih berhati-hati misalnya dengan adanya usulan kenaikan margin. "Kita harus melihat dan mengantisipasi apakah ada nasabah yang terpengaruh terhadap kenaikan dolar AS," ucapnya. Menurutnya dengan inflasi tinggi, maka pricing DPK akan langsung naik. Sedangkan pembiayaan membutuhkan waktu yang mengakibatkan penekanan terhadap Net Interest Margin (NIM) sehingga NIM turun. "Tapi kami tetap optimis. Target kinerja BSB tetap dan tidak diubah," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement