REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) memberikan kado sangat istimewa bagi Hari Kemerdekaan Indonesia ke 68. Perusahaan pelat merah ini berhasil bercokol di peringkat 122 Fortune 500. Peringkat ini amat bergengsi dan menjadi incaran semua perusahaan multinasional.
Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Karen Agustiwan pun tak mampu menyembunyikan keterperanjatannya saat mengetahui perusahaan yang dinakhodainya itu ada di peringkat 100-an.
Padahal peringkat itu baru ditargetkan tercapai pada tahun 2025. Artinya capaian itu bisa diwujudkan satu dasawarsa lebih cepat.
Fortune 500 adalah sebuah daftar peringkat perusahaan kelas dunia tahunan yang diperingkat dan diterbitkan oleh majalah bergengsi Fortune. Dalam peringkat itu, terdapat 500 perusahaan swasta dan milik pemerintah teratas dinilai berdasarkan kinerja tiap-tiap perusahaan.
Menurut Karen, apabila menginginkan peringkat lebih tinggi, perusahaannya harus melakukan kegiatan manajemen lebih optimal dari perusahaan saingan yang peringkatnya lebih baik. Dengan begitu, peringkat bisa naik lagi.
Karen mengatakan, akan lebih memperketat kegiatan manajemennya agar lebih efektif dan efisien. "Kalau begini saja sudah bisa masuk Fortune 500, kerja lebih keras lagi niscaya akan mengantarkan Pertamina sejajar dengan perusahaan kelas dunia,’’ kata dia akhir pekan lalu.
Karen bertekad merevisi target karena pencapaian ini. Sebelumnya, target masuk Fortune 100-an dipasang pada 2025, dengan capaian yang ada dia pun memasang target peringkat 25-50. Kuncinya, kata dia, ada pada tata kelola yang baik dan arahan yang tepat.
Menteri BUMN Dahlan Iskan terkejut dengan hasil yang diraih Pertamina. Pasalnya dia membayangkan perusahaan pelat merah itu baru berhasil masuk peringkat Fortune tahun depan.
Dia menceritakan, ketika mendengar informasi Pertamina masuk peringkat Fortune dari Dirutnya, mantan Dirut PLN itu langsung mencari informasi terpercaya. Bahkan sampai mengecek ke Amerika agar saat pengumuman peringkat tak terjadi kekeliruan.
Tantangan ke depan, kata Dahlan, adalah mempertahankan prestasi utamanya dari intervensi dan godaan-godaan lainnya. Menurutnya, menjabat sebagai Dirut Pertamina itu berat karena banyak tantangan dan godaan.