REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk. Juniman membenarkan, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat memperlambat investasi, khususnya penanaman modal dalam negeri (PMDN).
"Karena untuk ekspansi dan investasi tidak semata-mata dari dana mereka. Mereka juga menggunakan dana berupa pinjaman dari bank baik dari dalam negeri maupun luar negeri," ujar Juniman saat dihubungi Republika, Rabu (24/7).
Di sisi lain kondisi perekonomian global juga turut memengaruhi perlambatan investasi. Memasuki semester II 2013 ini, Juniman menyebut apabila pemerintah ingin mencapai target realisasi investasi Rp 390 triliun di tahun ini, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan instansi terkait perlu bekerja ekstra keras.
"Selain memberikan informasi terkait potensi investasi yang ada, perlu diberikan insentif yang dapat menarik investor untuk berinvestasi. Misalnya perluasan tax holiday," kata Juniman.
Menurut Juniman, perluasan tax holiday dalam artian yang berhak memperolehnya jangan hanya industri pionir. Tax Holiday perlu diberikan pula kepada investor yang berkeinginan membuka industri yang mampu menghasilkan bahan baku dan barang modal. "Ini harus dipercepat," ujar Juniman.
Selain itu, perbaikan regulasi juga menjadi hal yang mutlak. Sedangkan untuk penanaman modal asing (PMA), koreksi pertumbuhan ekonomi global maupun rencana quantitative easing harus dicermati.