Rabu 27 Nov 2024 17:00 WIB

APPBI Prediksi Bisnis Ritel Hanya Akan Tumbuh Single Digit Sepanjang 2024

Laju konsumsi masyarakat masih melambat, membebani pertumbuhan ekonomi.

Rep: Eva Rianti / Red: Friska Yolandha
Tanda obral ditampilkan di toko ritel di Downers Grove, Illinois, Rabu, 12 April 2023. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia memprediksi pertumbuhan bisnis ritel pada 2024 hanya single digit.
Foto: AP Photo/Nam Y. Huh
Tanda obral ditampilkan di toko ritel di Downers Grove, Illinois, Rabu, 12 April 2023. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia memprediksi pertumbuhan bisnis ritel pada 2024 hanya single digit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memprediksi pertumbuhan bisnis ritel pada sepanjang 2024 hanya akan tumbuh single digit. Hal itu lantaran kondisi daya beli masyarakat yang dinilai melemah, disertai gejolak polemik mengenai akan dinaikkannya pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen.

“Masih single digit. Mungkin sekitar 8—9 persen untuk perdagangan ritel,” kata Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja kepada wartawan saat hadir di acara Klingking Fun Pesta Diskon Anti Golput Edisi Pilkada Tahun 2024 di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (27/11/2024).

Baca Juga

Angka tersebut, kata Alphonzus lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang berada di angka double digit. Menurut analisisnya, prediksi pertumbuhan yang hanya single digit pada tahun ini terjadi jika pemerintah benar-benar memberlakukan kenaikan PPN dari 11 persen menjadi 12 persen dalam waktu dekat.

“Kami memperkirakan masih di bawah 10 persen ya, kalau PPN naik,” ujar dia.

Alphonzus mengatakan, sebenarnya perkembangan bisnis ritel tidak terlampau menurun, alias flutuatif, seiring dengan kondisi kemampuan daya beli masyarakat dan kebijakan pemerintah yang mengiringinya.

“Sebenarnya enggak anjlok sekali, tetap bertumbuh kan. Cuma pertumbuhannya tidak signifikan saja,” jelasnya.

Ia menilai bahwa daya beli masyarakat akan meningkat nantinya seiring dengan kebijakan kenaikan upah minimum provinsi (UMP). Namun, sayangnya, hal itu bisa saja menjadi percuma jika pemerintah bakal memberlakukan kenaikan PPN menjadi 12 persen.

“Jadi saya kira pertumbuhannya (ritel) kemungkinan akan tetap bertumbuh, tetapi tidak signifikan. Apalagi UMP kan mau naik di tengah daya beli masyarakat yang sudah menurun. UMP akan menolong daya beli masyarakat, tetapi nanti akan percuma kalau ditambah PPN. Jadi akhirnya kenaikan UMP tidak akan efektif,” tegasnya.

Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi nasional tumbuh 4,95 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III 2024. Pertumbuhan itu lebih lambat dari ekspansi ekonomi pada dua kuartal sebelumnya yang masing-masing tercatat 5,11 persen yoy pada kuartal I 2024 dan 5,05 persen yoy pada kuartal II 2024.

Adapun, laju konsumsi masyarakat masih melambat, membebani pertumbuhan ekonomi kuartal III 2024. Konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2024 hanya naik 4,91 persen (yoy), lebih lambat dari kenaikan 4,93 persen (yoy) pada kuartal sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada konsumsi pakaian, alas kaki, jasa perawatan, perumahan dan kelengkapan rumah tangga, kesehatan, serta pendidikan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement