REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Tingginya harga-harga kebutuhan pokok saat ini penyebabnya beragam. Ada yg memang karena pasokannya kurang. Namun, ada juga karena permainan spekulan, yang memanfaatkan momentum kenaikan harga BBM untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya.
Menteri Pertanian (Mentan) Suswono mengatakan hal itu saat meninjau harga-harga di Pasar Mandalika, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (12/7) pagi. Menurutnya, produk-produk yang pasokannya kurang seperti cabe dan bawang penyebabnya adalah mundurnya waktu panen.
"Cabe dan bawang baru panen pada bulan Agustus, sehingga praktis saat ini pasokannya berkurang," kata Suswono dalam rilis yang diterima Republika.
Guna menutupi kekurangan pasokan, pemerintah mengatasinya dengan melakukan impor. Cabe misalnya, untuk menormalkan harga sampai panen tiba pemerintah akan mengimpor sebanyak 9.700 ton. Sedangkan bawang merah akan diimpor sebanyak 12.800 ton.
Sementara itu, untuk produk-produk yang stoknya banyak namum harganya tinggi, seperti daging ayam dan daging sapi, Suswono mengimbau agar para pengusaha tidak memanfaatkan momentum kenaikan harga BBM untuk melakukan aksi ambil untung sebesar-besarnya.
Sapi misalnya, harga di tingkat peternak mencapai Rp 36-38. ribu per kilogram hidup. "Ini terlalu tinggi, semestinya Rp 30-32 ribu peternak sudah untung," ujar Suswono.
Menurut Suswono, jika aksi ambil untung sebesar-besarnya ini terus dilakukan, maka untuk melindungi kepentingan konsumen, pemerintah terpaksa melakukan impor. Pemerintah perlu menjaga stabilitas harga, selain untuk melindungi konsumen juga untuk menekan angka inflasi agar tidak terlalu tinggi.
"Para pengusaha boleh ambil untung tapi jangan aji mumpung," pesan Suswono.