Senin 17 Jun 2013 12:26 WIB

Saham Sritex Oversubscribed

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Penawaran umum saham perdana PT Sri Rejeki Isman (Sritex) di Jakarta, Senin (10/6).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Penawaran umum saham perdana PT Sri Rejeki Isman (Sritex) di Jakarta, Senin (10/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun pada  pencatatan saham perdana PT Sri Rejeki Isman Tbk dibuka stagnan, minat investor untuk berinvestasi di perusahaan tekstil tersebut cukup tinggi. Terbukti penawaran saham emiten berkode SRIL ini mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed).

"Saham Sritex sempat kelebihan permintaan hinga tiga kali," ujar Direktur Utama PT Bahana Securities Eko Yuliantoro usai pencatatan saham perdana Sritex di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (17/6). Bahana merupakan penjamin pelaksana emisi perusahaan yang berbasis di Sukoharjo tersebut.

Dari total investor, sekitar 45 persen peminat merupakan investor asing. Sisanya merupakan investor domestik.

Reaksi pasar ini menunjukkan baiknya perkembangan industri tekstil di Indonesia. Sritex dinilai cukup mampu bersaing di pasar tekstil nasional.

 

Eko menambahkan perseroan tidak sengaja mencari anchor buyer atau pembeli saham dengan nilai besar. Meskipun Bahana mengharapkan ada beberapa investor yang berpartisipasi besar. Keberadaan anchor buyer ini mematahkan persepsi industri tekstil yang sedang dalam kondisi sunset. "Ternyata ada dua investor yang sejak awal diharapkan menyerap saham Sritex dalam jumlah besar," kata Eko.

Penetapan harga saham Rp 240, kata Eko, dilakukan berdasarkan pada kekuatan fundamental emiten. Fundamental perseroan cukup kuat. Naik atau turunnya harga saham, perseroan menyerahkannya kepada pasar.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement