REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan nilai tukar rupiah pada Rabu (29/5) pagi masih berada dalam area negatif atau melemah ke posisi Rp 9.889 per dolar AS seiring dengan koreksi mata uang yen Jepang. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah sebesar 22 poin menjadi Rp 9.889 dibanding sebelumnya di posisi Rp 9.867 per dolar AS.
"Pergerakan nilai tukar rupiah masih tertekan seiring dengan turunnya nilai tukar yen Jepang," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Rabu (29/5).
Di sisi lain, lanjut Reza Priyambada, mundurnya jadwal pemberlakuan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) turut menjatuhkan mata uang domestik terhadap dolar AS. "Dengan mundurnya rencana tersebut maka beban APBN yang ditanggung semakin berat dan dapat mempengaruhi laju neraca perdagangan Indonesia," kata dia.
Menurut dia, pelaku pasar melihat adanya ketidakpastian tersebut sehingga lebih memilih untuk melepas posisi. Apalagi, saat ini laju dolar AS kembali menguat dengan ekspektasi penarikan pelonggaran kuantitatif (QE) karena mulai membaiknya data-data ekonomi AS.
Sementara itu, senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir menambahkan penguatan nilai tukar dolar AS membuat pemodal asing mengurangi posisi pada instrumen obligasi berdenominasi rupiah. "Pelemahan rupiah juga sedikit banyak terpengaruh oleh neraca pembayaran defisit Indonesia," kata Zulfirman.
Tidak hanya itu, lanjut dia, investor asing juga memangkas kepemilikan sahamnya di pasar modal domestik untk menghindari kerugian dari penurunan kurs. "Namun, kemungkinan Bank Indonesia akan masuk ke pasar uang apabila rupiah terus melemah, kata dia.