REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memperkirakan penurunan impor barang modal diperkirakan berpengaruh pada perlambatan realisasi investasi pada tahun ini. Ekonom PT Mandiri Sekuritas Leo Putera Rinaldy mengatakan terdapat beberapa indikator untuk melihat pergerakan investasi ke depan, salah satunya adalah impor barang modal.
"Selama ini impor barang modal menjadi leading indicator pergerakan laju investasi pada produk domestik bruto," tutur Leo kepada ROL, Selasa (23/4). Artinya, peningkatan impor barang modal akan berkorelasi pada peningkatan realisasi investasi, begitupun sebaliknya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi impor barang modal terus menunjukkan tren penurunan. Sebagai gambaran, pada Oktober 2012 impor barang modal tercatat 3,3 miliar dolar AS (sekitar Rp 32 triliun). Angka tersebut mengalami penurunan pada November 2012 menjadi 3,26 miliar dolar AS (Rp 31,67 triliun).
Kemudian pada Desember 2012, impor barang modal tercatat 3,01 miliar dolar AS (Rp 29,2 triliun). Penurunan berlanjut pada Januari 2013 yang menyentuh 2,63 miliar dolar AS (Rp 25,55 triliun) dan pada Februari 2013 sebesar 2,63 miliar dolar AS (Rp 24,87 triliun).
Realisasi impor barang modal diprediksi akan terus menurun. Penurunan tersebut, kata Leo, akan berdampak pada sektor manufaktur. Sebagai contoh, dalam pembangunan sebuah pabrik, dibutuhkan barang modal berupa bahan baku dan bahan mentah. Waktu dari impor sampai pabrik beroperasi sekitar tiga sampai sembilan bulan. Dengan demikian, Leo menyebut perlambatan investasi akan terjadi tiga sampai sembilan bulan ke depan.
Menurut Leo, terdapat beberapa indikator lain yang menggambarkan perlambatan investasi pada 2013, selain impor barang modal. Kondisinya lebih disebabkan oleh kondisi internal, alih-alih eksternal.
Kondisi internal, lanjut Leo, dipengaruhi oleh investasi yang berorientasi ekspor, harga komoditas global yang stagnan serta penurunan permintaan dari mancanegara."Perlambatan investasi di PDB bisa terlihat lebih cepat. Bisa kuartal II perlambatannya," kata Leo.
Sementara dari sisi eksternal, Leo mengakui adanya dampak yang ditimbulkan terhadap realisasi investasi akibat kondisi perekonomian global yang belum pulih. Namun, dari sisi pendanaan, Leo menilai pergeseran pendanaan dari AS dan Eropa menuju Asia membuat potensi investasi masih baik. Di samping likuiditas global yang masih terjaga."Itu bisa menjadi katalis investasi," ujar Leo.