Ahad 03 Mar 2013 14:52 WIB

HPP Bisa Tingkatkan Produksi Kedelai

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Kedelai
Kedelai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Harga patokan pembelian (HPP) kedelai dinilai bisa meningkatkan area luas panen kedelai. Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan luas panen kedelai yang turun hanya bisa diatasi oleh besaran harga pasti yang diterima petani ketika panen.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan luas panen kedelai menurun seluas 54,38 ribu hektare atau 8,74 persen dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2010, luas panen kedelai mencapai 660.823 hektar (ha). Pada 2011, luas penan turun menjadi 622.254 ha, sedangkan pada tahun 2012 diperkirakan turun menjadi 567.871 ha.

Namun, produksi kedelai tahun 2012 (angka sementara atau Asem) naik 0,36 ribu ton atau 0,04 persen. Produksi mencapai 851,65 ribu ton biji kering. Perkiraan angka produksi ini Kenaikan produksi ini disebabkan oleh peningkatan produktivitas sebesar 1,32 kuintal per ha.

“Produktivitas naik itu bagus karena petani bisa meningkatkan produksi. Masalahnya hanya ada di pemasaran. Kalau HPP sudah diputuskan, petani ada kepastian harga sehingga luas panen bisa bertambah,” ujar Winarno, Ahad (3/3), saat dihubungi.

Winarno mengatakan penurunan luas panen kedelai disebabkan oleh dua kemungkinan. Pertama, lahan kedelai digunakan untuk menanam komoditas lain yang lebih menguntungkan. Kedua, lahan sengaja tidak digunakan karena petani enggan berspekulasi terkait harga kedelai dan biaya produksi yang tinggi. “Tapi kalau harganya bagus, petani akan berusaha menanam,” ujar dia.

Dalam penerapan HPP, kata Winarno perlu memperhatikan detail mengenai masalh kualitas kedelai. Ia mengatakan penetapan HPP harus mencakup kriteria kaddar air, butir kotor dan butir rusak. Hal ini, kata dia membuat harga kedelai akan dibeli dengan harga yang berbeda tergantung kualitasnya masing-masing.

Menurut Ketua Dewan Kedelai Nasional Benny Kusbini, pemerintah juga perlu memperhatikan HPP per zona wilayah. Pasalnya, infrastruktur dan transportasi di masing-masing daerah cukup berbeda. Misalnya di Sumatra Utara ata Sulawesi. Apalagi jika daerah tersebut harus mensuplay kedelai hingga wilayah Jawa untuk menjangkau konsumen.

“Kalau di Jakarta Rp 7000 (di tingkat konsumen), maka petani di Sumatra Utara, Aceh, dengan asumsi trasnportasi harus diperhatikan,” ujar Benny.

Sepanjang tahun 2012 lalu, Indonesia mengimpor 1,921 juta ton kedelai dengan nilai 1,211 miliar dolar AS. Pada bulan Januari, Indonesia mengimpor 54.326 ton kedelai dengan nilai 34,334 juta dolar AS. Terbanyak, Indonesia mengimpor dari Amerika sebesar 50.274 ton dengan nilai 31,323 juta dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement