Kamis 22 Nov 2012 20:55 WIB

Sapi di Bali Juga Langka, Harga Meroket

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sapi Bali, tak kalah dengan sapi impor.
Foto: iral-pena.blogspot.com
Sapi Bali, tak kalah dengan sapi impor.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR--Harga daging sapi di Bali sebulan terakhir terus naik, Bahkan harga mencapai Rp 85.000 per kilogram untuk daging super, sedangkan daging paha belakang mencapai Rp 75.000 dan paha depan Rp 65.000.

Sejumlah pdagang bakso, pedagang nasi campur, mengeluhkan kenaikan itu, lantaran harus mengeluarkan modal yang lebih banyak, sementara harga jual makanan tidak bisa naik. "Rugi saya mas, kalau harga daging naik terus. Keuntungan semakin tipis," kata Sumarsono, pada Republika di Denpasar, Kamis (22/11).

Dikatakannya, sebelum lebaran Idul Fitri, harga daging sapi masih berkisar antara Rp 55.000-Rp 65.000 per kilogram, tapi menjelang Iedul Adha naik jadi Rp  72.000 dan kini sudah naik lagi. Tadinya Fitri, pedagang nasi campur di Denpasar Barat, berharap setelah Idul Adha harga daging sapi akan turun, tapi justru naik lagi.

Salah satu jagal sapi di Denpasar yang enggan disebutkan namanya mengatakan, dia menaikkan harga jual daging sapi karena harga beli sapi hidupnya juga sudah tinggi. Sebelum Idul Adha jelasnya, harga per kilogram daging sapi hidup hanya Rp 26.000, namun kini mencapai Rp 35.000. "Kalau harga belinya sudah tinggi, ya kami tinggal mengikuti saja," katanya.

Menurut dia tngginya harga sapi ternyata tidak diikuti dengan kecukupan ketersediaan sapi di pasar hewan. Karena ternyata di sejumlah pasar hewan yang ada di Bali, khususnya pasar hewan di Beringkit Kabupaten Badung, sapi yang dijual ukurannya kecil-kecil. Karena suplai sapi kurang tambah sumber, maka banyak jagal yang terpaksa menyembelih sapi betina agar tetap bisa berjualan.

Sumber lain yang enggan disebutkan jati dirinya, mengatakan, kelangkaan sapi di Bali karena Pemprov Bali telalu longgar memberikan izin pengiriman sapi ke laur Bali, sehingga stok sapi di Bali semakin menipis. Sementara sebutnya, di beberapa rumah potong hewan (RPH), para jagal tetap diizinkan menyembelih sapi betina yang masih produktif. "Tentu saja sapi Bali jadi hilang.

Saya tidak tahu, apakah kadaan ini akan  berlangsung hingga natal dan tahun baru," katanya dengan nada tanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement