REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2012 mencapai 14,12 miliar dolar AS, turun 12,27 persen dibanding ekspor Juli 2012 sebesar 16,09 miliar dolar AS.
"Penurunan ekspor periode Agustus 2012 dibanding Juli 2012 dikarenakan merosotnya nilai ekspor nonmigas sebesar 14,49 persen yaitu dari 13,17 miliar dolar AS menjadi 11,26 miliar dolar AS," kata Kepala BPS Suryamin di sela pengumuman Berita Resmi Statistik di Gedung BPS, Jakarta, Senin (1/10).
Menurut Suryamin, saat yang bersamaan nilai ekspor migas juga turun sebesar 2,3 persen dari 2,92 miliar dolar AS menjadi 2,85 miliar dolar AS. Ia menjelaskan penurunan ekspor migas akibat anjloknya ekspor hasil migas sebesar 38,12 persen menjadi 220,5 juta dolar AS, dan ekspor gas turun 3,19 persen menjadi 1,66 miliar dolar AS.
Sedangkan penurunan ekspor non-migas selama Agustus 2012 dipicu penurunan pada komoditi lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 666,3 juta dolar AS dari 2,25 miliar dolar AS menjadi 1,59 miliar dolar AS, disusul penurunan karet dan barang karet dari 892 juta dolar AS menjadi 795 juta dolar AS.
Secara kumulatif Januari-Agustus 2012, nilai ekspor Indonesia juga mengalami penurunan sebesar 5,58 persen dari 134,68 miliar dolar AS menjadi hanya 127,17 miliar dolar AS.
"Selama delapan bulan pertama 2012, nilai ekspor masih didominasi bahan bakar mineral yang mencapai 17,83 miliar dolar AS, disusul lemak dan minyak hewan/nabati 14,09 miliar dolar AS," ujar Suryamin.
Menurutnya, meskipun terjadi penurunan ekspor terutama nonmigas akibat krisis Eropa, namun permintaan terhadap komoditas tekstil dari Indonesia tetap tinggi terutama dari Amerika Serikat. "Ekspor komoditi lainnya yang juga masih tinggi adalah produk karet dan barang karet," tambahnya.
Berdasarkan negara tujuan, secara kumulatif Januari-Agustus ekspor nonmigas Indonesia tertinggi masih ke China yang mencapai 13,37 miliar dolar AS, disusul Jepang senilai 12,57 miliar dolar AS, Amerika Serikat 9,9 miliar dolar AS.
"Total pangsa pasar ekspor nonmigas ketiga negara tersebut mencapai 35,41 persen, dari total ekspor nasional yang mencapai 101,23 miliar dolar AS," ujarnya.
Sedangkan ekspor nonmigas ke negara ASEAN mencapai 25,6 miliar dolar AS mengkontribusi sekitar 25 persen dari total ekspor nonmigas, yang didominasi tiga negara yaitu Singapura, Malaysia, Thailand. Sementara ekspor nonmigas ke Uni Eropa terbesar ke Jerman yang mencapai 2,08 miliar dolar AS, disusul Inggris 1,16 miliar dolar AS, dan Perancis 774 juta dolar AS.
BPS juga mengumumkan nilai impor Indonesia periode Agustus 2012 mencapai 13,87 miliar dolar AS, turun 15,21 persen dibanding impor periode Juli 2012 sebesar 16,35 miliar dolar AS. Direktur Statistik Distribusi BPS Satwiko Darmesto menuturkan, penurunan impor periode Agustus 2012 karena berkurangnya impor nonmigas dari 13,59 miliar dolar AS menjadi 10,56 miliar dolar AS.
"Walaupun impor migas mengalami peningkatan sebesar 19,97 persen, akibat impor minyak mentah dan hasil minyak, namun penurunan impor nonmigas secara absolut mampu membuat total impor lebih rendah dibanding periode sebelumnya," ujar Satwiko.
Ia menjelaskan, penurunan impor pada Agustus 2012 dengan sendirinya mengakibatkan Indonesia untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir mencatat surplus. Satwiko mengaku penurunan impor tersebut cukup mengejutkan terutama terutama impor bahan baku dan bahan penolong.
Peluang penurunan impor masih sangat terbuka, namun seberapa jauh penurunan impor tersebut dapat berlanjut. "Sekarang impor tidak besar karena sudah melewati masa Lebaran, dan persediaan secara umum cukup. Tapi apakah bisa berlanjut di bulan-bulan berikutnya, kita lihat saja nanti," ujarnya.
Di satu sisi, kata Satwiko, impor bahan baku terutama barang modal memang sangat diperlukan karena akan diolah atau diproses untuk kemudian hasil produksinya diekspor. Berdasarkan golongan barang, impor nonmigas selama Agustus 2012 terbesar mesin dan peralatan mekanik yang mencapai 2,14 miliar dolar AS, disusul mesin dan peralatan listrik sebesar 1,34 miliar dolar AS, dan besi baja 674,2 juta dolar AS.
Sedangkan berdasarkan negara asal barang, impor nonmigas terbesar dari China yagn menapai 1,84 miliar dolar AS (17,43 persen dari total impor nonmigas), Jepang 1,54 miliar dolar AS (14,61 persen), Amerika Serikat 1,02 miliar dolar AS (9,7 persen), Singapura 816,6 juta dolar AS (7,74 persen), Thailand 793,5 juta dolar AS (7,52 persen).