Jumat 18 May 2012 17:00 WIB

Lifting Gas Perjelas Pendapatan Migas

Rep: Fitria Andayani/ Red: Dewi Mardiani
Pabrik pengilangan gas bumi (Illustrasi)
Foto: AGMPROCESS.COM
Pabrik pengilangan gas bumi (Illustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penambahan asumsi lifting gas dalam APBN 2013 diharapkan bisa memberikan kejelasan atas pendapatan minyak dan gas. Rencana penambahan lifting gas tersebut dilakukan menyusul meningkatnya produksi gas dan menipisnya produksi minyak.

Anggota Badan Anggaran DPR, Satya W Yudha menyatakan, penambahan lifting gas secara umum tidak banyak berpengaruh terhadap perhitungan APBN. "Pengaruhnya hanyalah adanya kejelasan berapa endapatan minyak dan berapa gas, Jadi apabila disinyalir produksi turun, kita bisa melihat apa dampaknya terhadap gas," katanya, Jumat (18/5).

Menurutnya, sekarang ini anggaran pemerintah diselamatkan oleh tingginya produksi gas, walaupun lifting minyak turun. "Keuntungannya besar tapi bukan karena volume minyaknya bertambah, tapi karena harga gas dunia sama dengan harga minyak," katanya.

Selain itu, Satya menyatakan, tidak ada potensi penmabahan anggaran bila lifting gas dimasukkan dalam APBN. "Potensi penerimaannya sama, hanya breakdown saja yang lebih jelas," katanya.

Menurutnya, sebelum ini sebenarnya perhitungan pendapatan negara dari gas telah dilakukan, Namun tidak dimasukkan sektor asumsi makro. "Dia hanya tulis lifting minyak, tapi dari sektor pendapatan minyak dan gas dimasukkan," katanya.

Sebelumnya dalam rapat paripurna DPR lalu, pemerintah memasukkan lifting gas sebagai asumsi makro dalam APBN 2013 mendatang. Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, menyatakan, berbeda dengan cadangan minyak bumi yang semakin menipis, cadangan gas bumi Indonesia masih cukup besar.

Total cadangan gas Indonesia diperkirakan mencapai 157,14 triliun standar kaki kubik (MMSCFD) atau sekitar 3 persen dari cadangan gas dunia pada 2010. "Angka ini akan semakin meningkat hingga 2016 mendatang," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement