Rabu 09 May 2012 15:10 WIB

Bernama Sama, Bank Sahabat Sampoerna tak Ganggu Branding

Rep: Nuraini/ Red: Hafidz Muftisany
Bank Sahabat Sampoerna
Foto: http://www.sampoernastrategic.com
Bank Sahabat Sampoerna

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Bank Sahabat Sampoerna tidak mempersoalkan kemiripan nama dengan Bank Sahabat Purba Danarta, bank umum yang berkantor pusat di Semarang, Jawa Tengah. Kemiripan tersebut dinilai tidak akan mengganggu branding Bank Sahabat Sampoerna.

Nama Bank Sahabat Sampoerna merupakan nama baru dari Bank Dipo Internasional setelah diakuisisi PT Sampoerna Investama. Kepemilikan saham Sampoerna Group mencapai 85 persen saham Bank Dipo Internasional, sementara sisanya masih dimiliki pemegang lama PT Pahalamas Sejahtera. Perubahan nama dan logo bank dilakukan pada Februari 2012.

Kata sahabat dipilih dalam nama bank, menurut Direktur Utama Bank Sahabat Sampoerna, Indra W.Supriadi, lebih karena alasan filosofis. Dalam bahasa Arab, sahabat berarti teman sejati. "Institusi lain sudah pakai kata sahabat, tapi kami suka dengan filosofi itu," ujarnya, Rabu (9/5).

Filosofi nama tersebut, menurutnya, ingin dibangun dalam operasional bank. Hubungan antara karyawan, staf, dan nasabah ingin dijalin berdasarkan kesetiakawanan. "Kami sudah daftarkan nama ini ke Dirjen Haki (Hak Kekayaan Intelektual), sepanjang digabung dengan kata Sampoerna " ujarnya.

Bank Sahabat Purba Danarta, diungkapkan Indra, sedang dalam proses akuisisi. Sebelumnya, Bank Sahabat Purba Danarta dikabarkan bakal diakuisisi Bank BTPN. "Bank itu juga sedang akuisisi, semoga masalah nama terselesaikan," ujarnya.

Akan tetapi, kemiripan nama tersebut dinilai tidak akan mengganggu bisnis bank. "Bank Sahabat Sampoerna memiliki difrensiasi dengan bank lain yakni menyasar segmen usaha mikro dan kecil," ujar Indra. Bank tersebut menargetkan bisa menggarap 1 juta nasabah dari segmen usaha mikro dan kecil.

Pasca akuisisi Bank Dipo Internasional, aset Bank Sahabat Sampoerna tumbuh 35 persen menjadi 1,1 triliun pada akhir 2011 dari posisi Rp 798 miliar pada periode yang sama 2010. Kredit tumbuh sekitar 15 persen dari Rp 559 miliar pada 2010 menjadi Rp 643 miliar pada 2011. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga naik sebesar 31 persen menjadi 881,4 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement