Rabu 21 May 2025 11:15 WIB

Rumor Merger Grab-GoTo, Ekonom: Picu Pesimisme Start Up Lokal

Pemerintah perlu hati-hati karena GoTo simbol kedaulatan digital nasional.

Ilustrasi merger
Foto: dok Freepik
Ilustrasi merger

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumor merger raksasa teknologi berbasis di Singapura, Grab dengan super app asal Indonesia Gojek Tokopedia atau GoTo memunculkan kekhawatiran di kalangan ekonom akan adanya dominasi asing yang semakin kuat di sektor digital yang strategis.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menyatakan merger Grab-GoTo sebagai peringatan bagi ekosistem start up lokal, yang bisa memicu pesimisme terhadap kemampuan start up lokal untuk bersaing secara mandiri.

“Jika GoTo sebagai simbol keberhasilan start up Indonesia diambil alih atau digabung dengan Grab, dominasi asing akan semakin kuat di sektor digital strategis. Hal ini bisa memicu pesimisme terhadap kemampuan start up lokal bersaing secara mandiri tanpa dukungan atau proteksi kebijakan,” papar Josua saat dihubungi media Selasa (20/5/2025).

Josua menekankan perlunya pemerintah proaktif dan hati-hati karena GoTo adalah perusahan dengan basis data ekonomi digital terbesar di Indonesia dan menjadi simbol kedaulatan digital nasional.

Jika kesepakatan bisnis terjadi maka pemerintah harus memperhatikan berbagai hal seperti memastikan regulasi perlindungan data dan transaksi, agar data pengguna Indonesia tidak dikuasai sepenuhnya oleh entitas asing.

Pemerintah juga harus mendorong pengembangan ekosistem start up lokal baru lewat BUMN ventura, dana abadi start up, dan insentif fiskal untuk sektor strategis lain.

“Dan terutama mengeksplorasi opsi kebijakan nasionalisasi sebagian atau golden share jika diperlukan untuk mempertahankan kontrol atas aset digital strategis Indonesia. Karena akuisisi ini bukan hanya isu bisnis. Pemerintah harus berperan sebagai wasit yang aktif, bukan sekedar penonton,” urai Josua.

Jika benar-benar terwujud, penggabungan Grab dengan GoTo akan menciptakan raksasa regional yang menguasai 85 persen layanan digital di Asia Tenggara atau senilai 8 miliar dolar AS menurut firma analisis data Euromonitor International.

Pakar perdagangan dari S Rajaratnam School of International Studies di Singapura, James Guild menyatakan pesimismenya merger Grab-GoTo akan benar-benar terjadi.

Menurut Guild bagi Indonesia GoTo dipandang sebagai proyek nasional yang penting, alih-alih hanya sebuah entitas bisnis, seperti yang dikutip dari This Week in Asia’s, Senin (19/5/2025).

“Meskipun tidak pernah menghasilkan laba, GoTo memiliki kontribusi sangat berguna dalam perekonomian Indonesia karena mampu meningkatkan konsumsi dan membuka peluang sektor UMKM untuk meningkatkan penjualan,” kata James.

James juga menyatakan penggabungan kedua perusahaan akan berbenturan dengan fakta bahwa Pemerintah Indonesia mungkin tidak ingin melihat GoTo dimiliki perusahaan asing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement