REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Kandidat favorit dalam pemilu presiden Perancis, Francois Hollande mengatakan bila ia terpilih, negaranya tidak akan menyetujui pakta fiskal yang telah disetujui oleh 25 dari 27 anggota Uni Eropa pada Desember lalu.
Prancis, lewat Nicolas Sarkozy, memang telah meratifikasi Pakta Fiskal. Namun aturan itu baru berlaku setelah parlemen dan pemerintah Perancis mengesahkan dalam undang-undang.
Ancaman Hollande, jelas merupakan kemunduran bagi zona euro. Terlebih Perancis, di bawah Sarkozy selama ini adalah kawan dekat Jerman sekaligus salah satu kekuatan ekonomi utama penopang Euro.
Hollande mengatakan ia akan mencoba menegosiasi ulang kesepaktan tersebut. Sejak lama kandidat presiden sosialis, Hollande, menentang perjanjiang menyangkut standar fiskal para anggota pemegang euro. Ia berkali-kali bersumpah untuk menegosiasikan lagi.
Namun, gagasan bahwa Perancis bisa menunda penerapan pakta fiskal kecuali Hollande mendapat apa yang ia inginkan sepertinya perkembangan baru. Bisa jadi kondisi itu terkait dengan keberatan Perancis terhadap tambahan klausul mengenai pertumbuhan fiskal yang sekaligus mengatur defisit dan kontrol utang negara.
Satu hal yang pasti, pernyataan Hollande membuat euro kian melemah terhadap dolar. Dalam perdagangan terakhir di AS, euro melemah lebih dari 40 poin ditutup di angka $1,3201.