Jumat 28 Oct 2011 22:10 WIB

Indonesia Harus Antisipasi Krisis Eropa

Rep: Ichsan Emrald Alamsy/ Red: Chairul Akhmad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Meski Uni Eropa memberikan bantuan bagi Yunani berupa pemangkasan hutang, akan tetapi diyakini krisis Eropa plus Amerika Serikat masih akan berlanjut hingga 2012.

Pemerintah pun diminta mencermati kondisi ini, apalagi ekspor Indonesia ke Eropa dan Amerika Serikat terbilang cukup besar.

"Suka tidak suka pasti berdampak ke Indonesia," ujar Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Suryo Bambang Sulistio, dalam konferensi pers menjelang Konferensi Tingkat Tinggi G-20, Jumat (28/10).

Menurut Suryo, krisis di Eropa dan Amerika Serikat pasti berimbas ke Indonesia , apalagi selama ini kedua wilayah tersebut merupakan tujuan utama ekspor.

Selain mitra dagang, kedua wilayah itu memiliki investasi yang cukup besar di Indonesia. Ekspor Indonesia, menurut Suryo, ke Amerika Serikat di tahun 2010 mencapai 14 miliar dolar AS dan surplus perdagangan mencapai 4,9 miliar dolar. Sedangkan ekspor ke Uni Eropa mencapai 17 miliar dolar dan surplusnya mencapai 7,3 miliar dolar.

Apalagi selama ini menurut Suryo, kedua mitra dagang ini ialah mitra utama bagi banyak perusahaan di Indonesia yang juga bertindak sebagai perusahaan penyuplai mereka, baik perusahaan besar maupun UKM.

Oleh karena itu, kata Suryo, dengan pengalaman Indonesia menghadapi krisis tahun 1998, dan mampu bertahan di krisis tahun 2007-2008, di harapkan Indonesia juga memberikan masukan penting dan mengetahui perkembangan dan penyikapan terhadap krisis Eropa dalam KTT G-20. "Indonesia harus berperan," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement