Selasa 18 Oct 2011 19:37 WIB

Freeport Upayakan Terus Berproduksi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Manajemen PT Freeport Indonesia menegaskan pihaknya mengupayakan terus berproduksi di tengah situasi yang belum kondusif di lokasi tambang di Papua tersebut. "Kami berupaya meneruskan kemampuan berproduksi di tengah sejumlah aksi tidak sah oleh para karyawan yang sedang mogok kerja," kata Juru Bicara Freeport Indonesia, Ramdani Sirait di Jakarta, Selasa.

Ramdani Sirait mengatakan aksi mogok kerja karyawan kini sudah mengarah anarkis termasuk pemalangan jalan, pemotongan pipa konsentrat, dan penggunaan peralatan milik perusahaan secara tidak sah. "PT Freeport Indonesia masih memproduksi konsentrat, namun dalam kapasitas yang terbatas," katanya lagi.

Ramdani menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan pemerintah terus melakukan upaya pemulihan situasi keamanan dan menciptakan keselamatan dan perlindungan bagi karyawan dan properti perusahaan.

Sebelumnya, Menteri ESDM Darwin Saleh juga mengungkapkan, Freeport Indonesia kembali berproduksi setelah sempat terhenti sejak Senin (17/10) karena sabotase pipa dan pemblokiran jalan. "Hari ini produksi Freeport sudah berjalan 50 persen," katanya saat jumpa pers, di Jakarta, Selasa.

Produksi normal Freeport yang dihasilkan dari tambang terbuka Grassberg dan tertutup Deep Ore Zone sebesar 220.000-230.000 ton bijih per hari. Darwin menjelaskan, produksi Freeport memang sempat terhenti. Namun, setelah dilakukan perbaikan pipa yang sempat dipotong massa itu, maka produksi kembali normal.

Ia juga mengatakan, selain kerugian materiil, penghentian produksi bisa berdampak negatif pada lingkungan seperti longsor. Freeport Indonesia terpaksa menghentikan produksi pertambangan emas dan tembaga sejak Senin (17/10) pagi menyusul situasi keamanan yang makin tidak kondusif di Papua.

Vice President Tambang Terbuka Freeport Indonesia Nurhadi Sabirin mengatakan, penghentian produksi dilakukan baik di lokasi tambang terbuka maupun bawah tanah. Ia mengatakan, pipa yang mengalirkan konsentrat tembaga dan emas ke pelabuhan diketahui mengalami sabotase berupa pemotongan di beberapa bagian.

Akibatnya, lanjut Nurhadi, pihaknya tidak bisa mengirim konsentrat dan produksi terpaksa dihentikan. Freeport memproduksi antara 220.000-230.000 ton bijih per hari yang berasal tambang terbuka di Grasberg dan bawah tanah, deep ore zone (DOZ).

Bijih dari lokasi tambang itu kemudian dibawa ke pabrik pengolahan di Mil 74, Mimika, untuk diolah menjadi konsentrat dengan rata-rata produksi 6.000-7.000 ton per hari. Selanjutnya, konsentrat yang masih basah dialirkan melalui pipa ke pelabuhan sepanjang 114 km. Di pelabuhan, konsentrat kemudian dikeringkan sebelum dikirim ke para pembeli. Berdasarkan data 2010, setiap ton bijih mengandung delapan kg tembaga dan 0,91 gram emas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement