Jumat 19 Aug 2011 15:15 WIB

Dinilai Mulai Berlebihan, Kebijakan Impor Pangan Didesak Dikaji Ulang

Makanan Impor (Ilustrasi)
Foto: VHR Media
Makanan Impor (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Anggota DPR Komisi IV, Ma'mur Hasanuddin, menilai total nilai impor pangan Indonesia masih akan terus merangkak naik jika sumber munculnya kebijakan impor tidak di atasi.

"Pemerintah berpersepsi yang penting stok cukup, tanpa peduli dari mana stok tersebut di dapat," ujar Ma'mur Hasanuddin di Jakarta, Jumat (19/8).

Penilaian itu dikemukakan Ma'mur setelah mencermati berbagai rencana pemerintah kedepan, seolah-olah perhatian terhadap kemandirian pangan bukan menjadi sebuah program utama pada pembangunan secara umum.

Indonesia hingga saat ini telah melakukan impor atas 28 komoditi pangan yakni beras, jagung, kedelai, gandum, terigu, gula pasir, gula tebu, daging sapi, daging ayam, mentega, minyak goreng, susu, bawang merah, bawang putih, telur, kelapa, kelapa sawit, lada, teh, kopi, cengkeh, kakao dan cabai.

Impor pangan Indonesia sepanjang Januari hingga Juni 2011 mencapai 5,36 miliar dolar AS. Dia menilai, perilaku impor yang di fasilitasi negara ini seolah-olah mengarahkan bangsa ini menjadi bangsa pemakan tanpa mesti melakukan produksi yang dapat memenuhi kebutuhan untuk dalam negeri sendiri.

Komoditas pangan yang telah diimpor, menurut Ma'mur, dapat dikembangkan di Indonesia secara mandiri tanpa harus mengandalkan produk dari luar. "tapi anehnya pemerintah kok malah impor-impor terus," ujarnya.

Untuk menyelesaikan persoalan impor ini, Ma'mur Hasanuddin yang juga anggota panja RUU Pangan ini meminta dengan tegas kepada presiden untuk memadamkan sumber impor pangan tersebut. Bila perlu, imbuhnya, mengganti menteri perdagangan dengan orang yang berpihak kepada sumberdaya lokal terutama produk pertanian dan peternakan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement