Senin 04 Apr 2011 10:40 WIB

Kerangka Investasi Sektor Sawit Diadopsi Bank Dunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Grup Bank Dunia sejak April 2011 telah mulai mengadopsi kerangka dan strategi baru investasi yang akan dilakukan pada masa mendatang di sektor minyak kelapa sawit global. "Banyak suara baik dari sektor swasta, publik, maupun masyarakat sipil menyadari potensi produksi minyak kelapa sawit untuk berkontribusi mengurangi kemiskinan ketika diikuti oleh praktik pengelolaan lingkungan dan sosial yang baik," kata Wakil Presiden International Finance Corporation/IFC (anak perusahaan Bank Dunia), Rachel Kyte, dalam siaran pers Bank Dunia yang diterima di Jakarta, Senin (4/4).

Karena itu, menurut dia, Para pemangku kepentingan melihat ke Grup Bank Dunia untuk mendukung model baru untuk pembiayaan di sektor itu yang menguntungkan kaum papa dan melindungi lingkungan. Ia memaparkan, kerangka dan strategi baru dalam investasi di sektor kelapa sawit itu dikembangkan melalui konsultasi terus-menerus dengan beragam pemangku kepentingan termasuk LSM lingkungan, para petani, komunitas masyarakat adat, sektor swasta, dan pemerintah.

Bank Dunia mencatat, sektor minyak kelapa sawit memperkerjakan lebih dari enam juta kaum masyarakat miskin di daerah pedesaan di berbagai belahan penjuru dunia. Selain itu, data lembaga keuangan internasional itu juga menyebutkan, sekitar 70 persen produksi kelapa sawit digunakan sebagai bahan baku minyak masak oleh banyak rumah tangga miskin di Asia dan Afrika.

"Fokus kami adalah mendukung petani kecil dan meningkatkan produktivitas yang dapat meningkatkan manfaat bagi komunitas daerah pedesaan yang miskin serta juga membantu lingkungan hidup," kata Wakil Presiden Bank Dunia, Inger Andersen.

Konsultasi yang dilakukan Bank Dunia dengan berbagai pemangku kepentingan sepanjang 2010 lalu berfokus pada isu sosial dan lingkungan yang dihadapi sektor kelapa sawit dan peran yang bisa dimainkan oleh Bank Dunia dalam mengatasinya. Konsultasi itu juga membentuk fokus utama yang dihadapi Bank Dunia di sektor itu, yang meliputi reformasi kebijakan dan pemerintahan, investasi perusahaan swasta yang bertanggung jawab, peningkatan manfaat bagi petani kecil dan komunitas, serta penyebarluasan praktik kode dan standar produksi berkelanjutan baik secara lingkungan maupun sosial.

Kerangka yang diadopsi Bank Dunia akan memprioritaskan inisiatif pasar dan kelembagaan yang mendukung petani kecil antara lain dengan memperkuat organisasi produsen kecil, meningkatkan akses ke pembiayaan dan pasar, memperbaiki praktik produktivitas agronomi, serta mendorong perjanjian kontrak yang lebih adil dengan perusahaan besar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement