REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kurs Rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta pada Senin (14/3) pagi kembali menguat tipis hanya 2 poin ke posisi Rp 8.765 dibanding sebelumnya Rp 8.767. Pengamat pasar uang dari Bank Central Asia (BCA), David Sumual di Jakarta, mengatakan, beberapa sentimen negatif yang muncul beberapa hari belakangan ini belum membuat rupiah bergerak melemah.
"Mata uang kita masih dalam posisi stabil, bergerak menguat perlahan seiring ekspektasi pertumbuhan Indonesia yang akan bergerak melebihi pertumbuhan di 2010," katanya.
Ia menambahkan, saat ini memang terdapat beberapa sentimen negatif yang dapat menurunkan mata uang rupiah, dari konflik di Timur Tengah dan Libya, meroketnya harga minyak, hingga pada bencana alam yang terjadi di Tokyo, Jepang.
"Sentimen negatif global masih mendominasi saat ini, namun investor di dalam negeri yakin Indonesia tahan pada sentimen negatif yang ada saat ini," katanya.
Ia menambahkan, Indonesia merupakan negara 'emerging market' yang masih memberikan nilai imbal hasil yang masih lebar dan tahan terhadap ketidakpastian pergerakan ekonomi global yang volatile (mudah berubah). "Bertahannya Indonesia pada gejolak ekonomi yang volatile saat ini disebabkan oleh investor yang ada di dalam negeri meyakini penempatan dana di Indonesia masih aman," katanya.
Selain itu, lanjut David, acuan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) ysng diproyeksikan akan naik menjadi salah satu sentimen positif untuk mengundang investor asing masuk ke dalam negeri. "BI rate yang diproyeksikan akan naik kembali, dapat memicu 'capital inflow' di dalam negeri akan semakin deras dan memicu rupiah akan semakin mantap bergerak menguat," katanya.