REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Melemahnya saham PT Garuda Indonesia (GIAA) hingga hari ini merupakan dampak dari reaksi mekanisme perdagangan di pasar saham dalam negeri, serta masih minimnya sentimen positif perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). "Melemahnya saham Garuda itu karena mekanisme pasar," kata Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Ito Warsito di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan, penentuan waktu yang tepat dalam proses penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham suatu perusahaan tidak dapat diprediksi. "Kapan bagusnya waktu yang tepat untuk melaksanakan IPO tidak ada yang mungkin tahu, semua bersifat prediksi. Pasar sekunder selalu ada fluktuasi, tidak bisa menentukan waktu yang pasti," kata Ito seraya menambahkan, bahwa hal itu menjawab pertanyaan Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang menyesalkan IPO saham PT Garuda Indonesia Tbk digelar pada waktu yang kurang tepat.
Pada penutupan perdagangan saham BEI Kamis, saham Garuda yang mempunyai kode perdagangan saham GIAA itu melemah Rp 30 ke posisi Rp 560 atau melemah 33,92 persen dari harga perdananya yang senilai Rp 750.
Kendati saham perusahaan yang telah melaksanakan IPO pada tahun ini tertekan harganya diawal perdagangan, Ito mengaku optimis bahwa tahun ini merupakan waktu yang baik untuk mendapatkan akses permodalan melalui pasar modal.
Ia mengatakan, prestasi BEI tahun lalu mencatatkan pertumbuhan 46 persen, itu merupakan peringkat kenaikkan tertinggi dan mengalahkan bursa-bursa besar di dunia. "Tahun lalu kinerja kita baik, tahun ini harus lebih baik," ujar dia.
Seperti diketahui, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) merupakan emiten ke tiga yang tercatat di BEI pada 2011. Saham GIAA dicatatkan pada papan perdagangan saham utama sebanyak 22,640 miliar lembar.