REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengusaha meminta pemerintah mewaspadai tren penguatan harga minyak mentah di pasar dunia yang selama awal 2011 bergerak di kisaran 90 dolar AS per barel.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Djimanto, mengatakan, kewaspadaan itu perlu ditingkatkan terutama jika harga minyak mentah menyentuh 100 dolar AS per barel. Karena, ada efek psikologis di masyarakat bahwa akan terjadi kecenderungan harga barang-barang lain akan melejit naik. Sehingga, ada kemungkinan terjadi pembelian besar-besaran di masyarakat untuk mengamankan pasokan. Akibatnya, terjadi inflasi.
Sementara itu, dampaknya di sektor industri bisa menyebabkan kenaikan harga produksi sampai lima persen. Karena, ada mesin yang sumber listriknya dari generator. Sementara, kenaikan harga di tingkat konsumen bisa sampai 7,5 persen karena ongkos logistik dan distribusi juga bertambah. "Karena itu infastruktur harus lebih lancar, jadi kalau tadinya sewa trailer dalam sehari cuma bisa angkut dua rit, jadi bisa tiga rit. Itu sangat berarti," katanya ketika dihubungi Republika, Selasa (4/1).
Sebelumnya, Ketua Umum Apindo, Sofjan Wanandi mengatakan, dirinya tidak setuju dengan kebijakan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Dia lebih menyetujui penyesuaian harga secara bertahap agar alokasi subsidi tidak bertambah walau konsumsi meningkat. Sehingga di masa depan, menurut dia, subsidi bisa diberikan minimal untuk memandirikan masyarakat. "Seperti di industri, harga sudah internasional. Bangsa ini harus belajar untuk nggak tergantung sama subsidi," katanya.
Dihubungi terpisah, Ketua IV Gabungan Industri Kendaraan Motor Indonesia (GAIKINDO) menyatakan, pihaknya mendukung kebijakan pemerintah, asal melalui komunikasi yang baik dan dilakukan secara bertahap. Menurut dia, industri otomotif dapat menoleransi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hingga 20 persen per tahun. "Kalau naiknya 10-20 persen, tidak akan mengganggu secara signifikan. Beda dengan 2005 yang naiknya lebih dari 100 persen itu sangat menekan," katanya.
Sementara, Marketing Director PT Astra Daihatsu Motor, Amelia Tjandra, mengatakan, terkait rencana penerapan pembatasan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, hal itu adalah peluang bisnis yang bisa mereka tangkap. Karena, kebijakan tersebut akan mendorong konsumen mencari kendaraan yang irit dalam konsumsi BBM. "Masyarakat akan pilih mobil dengan cc (kapasitas) rendah dan hemat. Kami sudah buktikan lewat Xenia dan Avanza yang jadi mobil paling laku karena hemat," ucapnya.