REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG – Kendati sempat turun, harga cabai rawit merah di Kabupaten Temanggung kembali menggila. Bahkan kemarin (3/1) harga cabai yang biasa digunakan untuk sambal ini mencapai Rp 80 ribu perkilogram (kg), di tingkat pedagang, sementara harga di tingkat petani hanya berkisar Rp 36 ribu per kg.
Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional Temanggung, Senin (3/12), Jum’at pekan lalu, harga cabai rawit merah sempat turun pada kisaran Ro 40 ribu perkg, namun mendadak naik menjadi Rp 80 per kg. Sedangkan harga cabai rawit hijau, cabai merah keriting, dan cabai hijau keriting masih cenderung stabil.
Jumini (45) pedagang cabai di Pasar Legi Parakan mengatakan, harga cabai rawit hijau, cabe merah kriting besar dan cabai hijau keriting sejak sepekan terakhir cenderung stabil.
Berbeda dengan cabai rawit merah yang harganya tidak jelas, naik turun terus. Harga cabai rawit hijau masih di kisaran Rp 35 ribu per kg. Cabai merah keriting besar dan cabai hijau keriting masing-masing terjual seharga Rp 40 ribu per kg.
‘’Selain mahal, saat ini pedagang sulit mendapatkan cabai rawit merah, cabe jenis ini biasa dijadikan sambal atau campuran sambal,’’ katanya.
Hal senada dikemukakan Suyati, pedagang cabe di Pasar Kliwon, Kota Temanggung. Kalaupun ada pasokan cabe rawit merah dari pedagang pengumpul, jumlahnya terbatas. Sehingga pedagang lebih banyak menjual cabe rawit hijau, cabe merah krting besar dan cabai kriting hijau.
"Dapat barangnya susah, kalau pun ada harga cabai rawit merah suda mahal. Jadi saya tidak menjual rawit merah sejak hari Ahad kemarin saya hanya menjual cabai jenis lain,’’ akunya.
Melonjaknya harga cabai akhir-akhir ini, meski sifatnya spekulasi, memicu ribuan petani di berbagai desa di daerah ini menanam cabai. Puluhan hektar lahan tembakau di Desa Wonotirto dan Kecepit Kecamatan Bulu, yang biasa ditanami jagung sebelum tanam tembakau, kini berubah jadi ladang cabai.