Selasa 28 Dec 2010 04:27 WIB

Harga Minyak Dunia Naik, Subsidi BBM Terancam

Rep: thr/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Harga minyak mentah dunia yang terus mengalami  kenaikan saat ini bisa memicu meningkatnya jumlah subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sejalan dengan meningkatnya konsumsi BBM bersubsidi dalam negeri. Konsumen pengguna pertamax bisa kembali bergeser untuk memakai BBM bersubsidi karena harga pertamax yang mahal.

"Volume BBM bersubsidi dapat bertambah, kalau mereka yang selama ini memakai pertamax baik motor atau mobil  beralih lagi menggunakan BBM bersubsidi," ujar Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis, ketika dihubungi Republika, Senin (27/12).

Sebagaimana diketahui, harga pertamax sangat dipengaruhi oleh pasar internasional. Semakin tinggi harga minyak mentah dunia maka harga pertamax juga akan meningkat. Sementara pembatasan BBM baru akan diberlakukan pada Maret  mendatang. Dengan pembatasan itu diharapkan volume BBM  bersubsidi tidak melebihi 38,5 juta kilo liter atau melewati anggaran subsidi BBM sebesar Rp 95,9 triliun

"Kita belum bisa mengetahui angka pasti kenaikan itu, harus dihitung terlebih dahulu seberapa besar mereka yang memakai pertamax dan peluang potensi beralih nya," ujar Harry.

Harry menilai asumsi pemerintah 80 dolar AS per barel  pada tahun 2011 memang sangat optimistis. Padahal pergerakan ekonomi dunia serta perubahan iklim di eropa yang terjadi saat ini membuat harga minyak dapat melonjak sewaktu-waktu.  "Kita lihat perubahan iklim ekstrim musim dingin di eropa yang membuat harga naik sekarang. Saya memprediksi untuk rata-rata tahunan pada 2011 itu 85 dolar AS per barel," paparnya.

Menurut Harry, pemerintah memiliki beragam alasan mematok proyeksi ICP itu lebih rendah. Jika ICP dipatok tinggi maka itu bisa terpengaruh kepada meningkatnya target penerimaan serta Dana Bagi Hasil. "Itulah mengapa pemerintah lebih enak merubah ke atas dibandingkan ke bawah," tuturnya.  

Soal pergerakan minyak dapat menuju angka 100 dolar AS per barel, menurut Harry itu masih perlu diperhatikan. "kita lihat dulu apakah ini pergerakan harian ataukah bertahan dalam rata-rata tahunan. Jika hanya harian maka itu tidak akan mengkhawatirkan," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement