REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO--Meski belum dilakukan Operasi Pasar, harga beras di Kabupaten Banyumas berangsur mulai turun. Sejumlah pedagang beras di kabupaten setempat menyebutkan, harga beras mulai turun akibat pengaruh turunnya harga beras di Jabodatabek.
''Karena harga beras di Jabodetabek mulai turun, otomatis harga beras di daerah juga ikut turun. Hal ini karena sebelumnya banyak beras dari Banyumas yang dikirim pedagang ke wilayah Jabodetabek,'' kata Eko Purwanto, salah seorang pedagang, Rabu (8/12).
Penjelasan serupa juga dikemukakan Manajer KUD Patikraja, Faturrahman. Menurutnya, wilayah Jabodetabek selama ini merupakan pasar terbesar beras yang dihasilkan dari daerah-daerah penghasil beras utama. ''Karena itu, begitu harga beras di Jabodetabek turun, maka harga beras di daerah juga akan ikut turun,'' jelasnya.
Menurut Fatur, harga beras jenis mediaum IR 64 di tingkat pedagang besar memang sudah mengalami penurunan antara Rp 200 hingga Rp 300 per kg. Dari yang semula Rp 6.400 menjadi Rp 6.100 hingga Rp 6.200 per kg. ''Namun itu tingkat harga di pedagang besar. Untuk harga di tingkat pengecer, mungkin masih tinggi. Bisa selisih Rp 200-Rp 300 per kg, tergantung ongkos angkutnya. Tapi secara keseluruhan, harga beras jenis medium memang mengalami penurunan,'' tuturnya.
Eko menyebutkan, turunnya harga beras ini karena di wilayah Jabodetabek saat ini, sedang intensif dilakukan OP (Operasi Pasar) oleh Bulog. Beras yang dijadikan OP, adalah beras impor yang didatangkan dari Thailand dan Vietnam. ''Info yang saya peroleh, beras impor tersebut dijual dalam OP dengan harga Rp 5.850-Rp 6.000. OP inilah yang menyebabkan harga beras di pasaran mengalami penurunan,'' katanya.
Eko juga menyatakan, bila pemerintah ingin terus menurunkan harga beras hingga pada tingkat yang wajar, seperti tingkat harga Rp 5.000-Rp 5.500, maka OP masih harus terus dilanjutkan. Bahkan disebutkan, OP perlu dilakukan hingga Januari 2011. ''Hal ini karena musim paceklik akan berlangsung hingga Januari. Baru pada Fabruari, akan berlangsung panen raya,'' katanya.
Eko menambahkan, bila OP hanya dilaksanakan sesaat atau tidak berkelanjutan, bukan mustahil harga beras akan kembali melonjak. Sementara Humas Bulog Sub Divre IV Banyumas, Priyono, mengakui harga beras medium jenis IR 64 di daerah operasinya memang mulai mengalami penurunan. ''Selain karena pengaruh OP beras yang dilakukan di wilayah Jabodetabek, juga karena saat ini kita sedang mendistribusikan beras raskin,'' jelasnya.
Meski demikian dia mengaku, penurunan harga beras ini masih belum memungkinkan pihak Bulog untuk melakukan pengadaan beras dari petani. ''Selain karena ketersediaan beras di tingkat petani sangat minim, juga karena harga beras di pasaran masih jauh di atas HPP Rp 5.060 per kg,'' katanya.
Dia menyebutkan, stok beras yang dikuasai Bulog Banyumas saat ini sekitar 9 ribu ton. Akhir bulan lalu, stok masih mencapai 15 ribu ton. Namun awal bulan ini mulai berkurang, karena sedang dilaksanakan program raskin di empat kabupaten wilayah eks Karesidenan Banyumas yang keseluruhannya membutuhkan penyaluran beras sebanyak 6.850 ton.
Soal kemungkinan Bulog akan mendapat pasokan beras impor untuk memperkuat sto, Priyono mengaku, hal itu merupakan kewenangan Bulog Pusat. ''Tapi sejauh ini, kita belum menerima kiriman beras impor untuk disimpan di gudang-gudang kita,'' katanya.